"Ini agak aneh ya, yang sering ngomongin LFP itu apa timsesnya, tetapi Cawapres enggak paham LFP itu apa, kan aneh. Sering bicara LFP; Tesla enggak pakai nikel, ini kan kebohongan publik, mohon maaf. Tesla itu pakai nikel,” tegas Gibran, Minggu (21/1/2024).
"Saya enggak tahu ya Pak Tom Lembong dan Timses sering diskusi sama cawapresnya? Masak cawapres enggak paham? Saya jelaskan sekali lagi, lithium ferro phospate itu adalah alternatif dari nikel, intinya ada negara yang gak mau pakai nikel. Itu loh Gus yang saya maksud. Apakah Gus juga antinikel?"kata Gibran.
Dalam sebuah wawancara dengan Total Politik dikutip dari tayangan YouTube-nya baru-baru ini, Tom Lembong memang sempat menyinggung soal raksasa-raksasa EV global seperti Tesla Inc sudah mulai beranjak menggunakan baterai berbasis LFP alih-alih nikel.
“Jadi 100% dari semua mobil Tesla yang dibuat di Tiongkok menggunakan baterai yang mengandung 0% nikel dan 0% kobalt. Jadi baterainya namanya LFP, lithium ferro-phospate, jadi pakai besi pakai fosfat. Masih tetap pakai litium, tetapi sudah tidak lagi pakai nikel, tidak lagi pakai kobalt. Itu 100% dari mobil Tesla menggunakan baterai seperti itu,” ujar Tom.
Tom mengelaborasi bahwa selama 12 bulan terakhir harga nikel anjlok kurang lebih 30% akibat pasokan dunia yang oversuplai. Dengan demikian, upaya Indonesia memacu pembangunan smelter nikel hanya akan berkontribusi terhadap makin melubernya stok nikel dunia yang akan membuat harga kian drop.
Faktanya
Apa yang disampaikan oleh Tom Lembong tidak sepenuhnya salah. Pada 2021, seperti dikutip dari Bloomberg, Tesla Inc memang pernah mengumumkan akan beralih ke baterai LFP atau bateri bebas nikel dan kobalt yang ongkos produksinya lebih murah secara global.
Ini merupakan sebuah peralihan dari bahan kimia yang digunakan untuk menggerakkan sebagian besar mobil listrik karena harga bahan-bahan mineral melonjak. Akan tetapi, peralihan ke LFP tersebut tidak akan dilakukan serta-merta untuk seluruh model yang dikeluarkan Tesla.
Peralihan ke baterai LFP akan berlaku untuk kendaraan kelas standar Tesla, kata perusahaan itu dalam rilis pendapatan kuartal ketiganya saat itu, membenarkan strategi yang ditandai sejak 2020 untuk menggunakan komponen anggaran guna menghasilkan model-model yang berbiaya lebih rendah.
Sebagian besar industri otomotif mengandalkan nikel dan kobalt dalam baterai lithium-ion untuk mendongkrak performa mobil listrik. Namun, pasokan kedua bahan tersebut terbatas, dan masalah etika telah lama menghantui tambang kobalt di Republik Demokratik Kongo, pemasok utama kobalt.
Nikel, yang membantu menyediakan tenaga dan jangkauan, juga rentan terhadap kebakaran, sebuah risiko yang harus ditanggung oleh industri ini dengan biaya miliaran dolar.
Harga nikel yang lebih tinggi juga berdampak pada sel baterai, menurut Chief Financial Officer Tesla Zach Kirkhorn saat itu. “Sebagian dari biaya tersebut telah mengalir ke kami,” katanya mengenai laporan pendapatan. “Biayanya memang tidak besar, tetapi tidak sedikit.”
Tesla pun telah menggunakan baterai LFP di China yang dipasok oleh Contemporary Amperex Technology Co (CATL), pembuat baterai terbesar di dunia. Meskipun baterainya, yang lebih murah dan lebih stabil dibandingkan dengan baterai alternatif, pada masa lalu tidak memiliki kepadatan energi – yang merupakan faktor kunci bagi mobil listrik – hal ini berubah dengan cepat.
CATL telah memberikan metode untuk meningkatkan kinerja komponen yang lebih baik, bersama dengan startup seperti Our Next Energy yang berbasis di Novi, Michigan, yang mendapat dukungan dari Breakthrough Energy Ventures milik Bill Gates.
Kemajuan tersebut berarti baterai LFP makin cocok untuk sebagian besar model EV reguler di semua pasar.
Pada Hari Baterai Tesla September 2021, Elon Musk juga menyebut perusahaannya mungkin akan menggunakan komponen LFP untuk model-model berbiaya rendah, bahan kimia berbasis nikel-mangan untuk mobil jarak jauh, dan bahan kimia tinggi nikel untuk Semi dan Cybertruck yang bekerja lebih keras.
Musk juga sering memperingatkan tentang ketatnya pasokan dan melonjaknya harga nikel.
Musk tampaknya “menjadi sangat khawatir ketika dia mempertimbangkan pasokan nikel dan kobalt dalam jangka panjang, dan dia tidak melihat solusi yang jelas mengenai bagaimana kita meningkatkan produksi mineral tersebut pada waktunya untuk memastikan stabilitas harga,” kata Jim Greenberger, direktur eksekutif NAATBatt, sebuah asosiasi perdagangan nirlaba untuk teknologi baterai canggih di Amerika Utara.
Tesla kemungkinan juga yakin bahwa teknologi LFP akan terus meningkat, kata Greenberger.
(wdh)