Israel berkewajiban untuk memulangkan semua sandera ke rumah, tetapi "kondisi yang diajukan oleh Hamas menggarisbawahi satu poin sederhana - tidak yang bisa menggantikan kemenangan. Hanya kemenangan total yang akan menjamin tersingkirnya Hamas dan kembalinya semua sandera," ujarnya.
Tekanan publik dan politik untuk memulangkan sandera kembali ke rumah telah meningkat pesat selama beberapa hari terakhir.
Selama akhir pekan, anggota keluarga berdemonstrasi di depan kediaman pribadi Netanyahu dan mendesaknya untuk "menghentikan eksekusi" terhadap sandera yang tersisa. Pada hari Minggu, mereka berkemah di depan kediaman resminya di Yerusalem.
Gadi Eisenkot, mantan kepala staf jenderal di militer Israel dan anggota kabinet perang, mengatakan dalam sebuah wawancara minggu lalu bahwa "tidak mungkin untuk memulangkan sandera hidup-hidup dalam waktu dekat tanpa kesepakatan."
"Dan siapa pun yang mengatakan hal berbeda berarti berbohong kepada publik," kata Eisenkot, saingan politik Netanyahu yang bergabung dengan pemerintah setelah serangan 7 Oktober.
Secara resmi 132 sandera masih berada di Gaza, meskipun 27 di antaranya diketahui tewas. Sebanyak 121 orang adalah warga Israel, dan 11 lainnya adalah warga negara asing dari Thailand, Nepal, Tanzania, Prancis, dan Meksiko. Sembilan belas di antaranya adalah perempuan.
The Wall Street Journal melaporkan pada hari Minggu bahwa AS, Mesir, dan Qatar mendorong Israel dan Hamas untuk bergabung dalam proses diplomatik bertahap yang akan dimulai dengan pembebasan sandera, yang mengarah pada penarikan pasukan Israel dan mengakhiri perang di Gaza.
Hamas dan pejabat Israel tidak secara resmi mengomentari hal ini. Namun Hamas sejak lama berpandangan bahwa kesepakatan apa pun memerlukan gencatan senjata terlebih dahulu.
(bbn)