Padahal Liga Champions adalah ladang uang. Total uang hadiah di kompetisi antarklub tertinggi di Benua Biru itu mencapai EUR 2,03 miliar (Rp 33,07 triliun) musim ini. Sebagai perbandingan, total hadiah di kompetisi kelas dua Liga Europa adalah EUR 465 juta (Rp 7,58 triliun) dan Liga Conference yang berstatus kelas tiga menjanjikan total hadiah EUR 235 juta (Rp 3,83 triliun).
Jadi dengan harapan partisipasi di Liga Champions yang menipis pada musim depan, ekspektasi terhadap prospek laba Juventus jadi penuh tanda tanya.
Pada penutupan Senin (6/3/2023), harga saham Juventus ada di EUR 0,31/unit. Mengutip konsensus analis Bloomberg, target harga saham Juventus dalam 12 bulan ke depan adalah EUR 0,22/unit. Jadi ada risiko anjlok sampai 29,03% dari posisi sekarang.
Contoh lain adalah Manchester United. Klub asal Inggris ini sudah mencatatkan nama di bursa saham New York sejak 2012.
Dalam setahun terakhir, harga saham Setan Merah melonjak hampir 80%. Hal ini tidak lepas dari perbaikan performa di lapangan di bawah asuhan Manajer Erik ten Hag.
Musim lalu, United tertatih-tatih dan finish di urutan 6 dengan raihan poin terendah dalam sejarah keikutsertaan mereka di Liga Primer. Ini membuat Bruno Fernandes dan kolega harus rela bermain di Liga Europa musim ini.
Namun kehadiran Ten Hag dan sejumlah pemain baru menjadi kunci United lebih baik bahkan bersaing dalam perebutan titel juara. Sepertinya posisi 4 besar di klasemen akhir musim 2022/2023 sudah terkunci, United hampir pasti akan bermain di Liga Champions musim depan. Artinya, rekening United akan semakin gemuk dan investor boleh berharap peningkatan laba.
Pada perdagangan yang ditutup Selasa (7/3/2023) dini hari waktu Indonesia, saham United ada di US$ 21,93 sen/unit. Konsensus yang dihimpun Bloomberg memperkirakan harga saham United dalam 12 bulan ke depan adalah US$ 28,67 sen/unit. Jadi ada peluang saham United melesat 30,73%.
Prahara di lapangan hijau karena itu jelas berdampak pada saham emiten. Hal itu tak hanya terjadi di Eropa tetapi juga di Indonesia. Tragedi Kanjuruhan Oktober 2022 lalu membuat kompetisi Liga 1 sempat berhenti dan sempat menyebabkan masa depan kompetisi penuh ketidakpastian.
Iklim sepak bola Indonesia yang keruh lantas membuat investor bertanya-tanya soal prospek saham Bali United. Akibatnya, saham perseroan sudah jatuh 21,43% sejak tragedi Kanjuruhan. Liga 1 kembali dihelat selang beberapa waktu kemudian, tetapi tanpa penonton dan jadwal kerap berubah-ubah karena sejumlah pertimbangan, utamanya keamanan.
Bali United satu-satunya klub sepak bola yang menjadi emiten di pasar modal. Bahkan jadi klub sepak bola pertama di Asia Tenggara yang listing di bursa pada 2019. Sepanjang 2023, harga saham emiten berkode BOLA ini anjlok 12,95%.
Perseroan di mana Bali United bernaung bernama PT Bali Bintang Sejahtera pada 2014. Ruang lingkup kegiatannya meliputi usaha bidang jasa keolahragaan termasuk pada klub sepak bola profesional dan kegiatan lainnya.
Pada 2014, perseroan mengakuisisi bisnis klub sepak bola Putra Samarinda (Pusam) kemudian mengubah nama menjadi Bali United. Sementara homebase klub dipindah ke Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali.
Sampai saat ini, pendapatan Bali United berasal dari penayangan laga sepak bola, baik secara live dan juga recording, sponsorship, media, ticketing dari dan penjualan official merchandise klub. Pula dari keuntungan dari transfer pemain.
Perseroan dicatat memiliki aset yang sangat besar dan tertinggi di Indonesia. Tim Bali united memiliki 5 tim utama yakni senior, U-20, U-18, U-16 dan tim sepak bola wanita. Bali United memiliki aset untuk akademi pengembangan tim sepak bola Bali United Elite Pro Academy. Ada pula toko-toko dan kafe untuk meningkatkan angka pendapatan Bali United seperti Megastore dan Playland.
Susunan pemegang saham BOLA adalah Pieter Tanuri dengan kepemilikan sejumlah 2,93 miliar saham atau 39,97% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Selanjutnya PT Asuransi Central Asia sebesar 533 juta saham (8,88%), Ayu Patricia Rachmat sebesar 304 juta saham (5,08%), Yabes Tanuri (Dirut) sebesar 150 juta saham (2,50%). Putri Paramita Sudali (Direktur) sebesar 32 juta saham, Katharine Wianna (Direktur) sebesar 2,5 juta saham, Yohanes Ade BM (Direktur) sebesar 1 juta saham. Sementara itu untuk publik sebesar 2,57 miliar saham (42,97%).
BOLA membukukan laba bersih sebesar Rp 29,97 miliar pada kinerja kuartal III-2022, terkoreksi 73% secara tahunan. Sejatinya angka pendapatan perseroan sukses mencatatkan kenaikan mencapai 197% menjadi sebesar Rp 259 triliun, dikutip dari data Bloomberg.
Lebih detail, kontribusi pendapatan klub sepak bola Bali United didukung penuh oleh pendapatan manajemen klub komersial senilai Rp 57 miliar atau mengalami kenaikan 213%. Pendapatan dari segmen pertandingan menjadi Rp 4,9 miliar yang mana pada 2021 kemarin Bali Bintang Sejahtera belum mencatatkan angka pendapatan pada segmen bisnis ini. Sementara pendapatan usaha dari segmen sport agency pada bisnis live video streaming dan rekaman video melesat 237% menjadi Rp 107 miliar. Lalu pendapatan dari pihak sponsor tercatat Rp 27 miliar.
Harga saham BOLA pada perdagangan Rabu (8/3/2023) ditutup pada level Rp 192/saham atau tercatat terkoreksi 2,04% dari perdagangan sebelumnya. Sementara kapitalisasi pasar sebesar Rp 1,1 triliun.
Periset: Muhammad Julian Fadli
(aji/ezr)