Dalam hal ekonomi digital, lanjut Airlangga, pertumbuhan di Indonesia makin masif dalam dua tahun terakhir, ditopang oleh performa industri dagang-el dan layanan logistik serta pesan antar makanan daring.
“Sampai dengan 2025, [nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai] US$130 miliar dan terus meningkat menjadi US$300 miliar pada 2030. […] Untuk itu, Indonesia layak jadi tujuan investasi asing,” ujarnya.
Indonesia juga didominasi oleh penduduk usia produktif yang berkontribusi terhadap pertumbuhan industri perusahaan rintisan, yang jumlahnya mencapai lebih dari 2.400 entitas.
Pada kesempatan yang sama, Dirjen Aplikasi Informatika (Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan menambahkan total pengguna internet di Indonesia per 2022 mencapai 212,9 juta orang atau setara dengan 77% dari total populasi, atau naik 10 juta orang dari tahun sebelumnya.
“Masyarakat Indonesia menghabiskan waktu 7 jam 42 menit di internet untuk belanja online. Mereka adalah penyumbang terbesar [ekonomi] digital di perkotaan, melalui sektor transportasi dan dagang-el,” tutur Semmy, panggilan akrabnya.
Sekor teknologi finansial juga turut berkembang pesat, ditopang oleh perubahan pola konsumsi masyarakat yang lebih peka terhadap isu lingkungan. Bahkan, kalangan masyarakat yang tidak terjangkau perbankan pun sudah menggunakan layanan tekfin, atau setidaknya bertransaksi dengan QRIS.
“Perubahan regulasi ITE juga membuka ruang agar investor masuk dan data-data mereka aman. Kita juga sudah punya UU Perlindungan Data Pribadi agar [data] masyarakat, pebisnis, dan pemerintah dapat terjamin. Sejalan dengan itu, industri pusat data juga melonjak signifikan dan kami mulai fokus pada investasi pusat data ramah lingkungan,” lanjutnya.
(rez/wdh)