“Saya kembali tegaskan belum ada keputusan soal ini, tetapi jika data yang ada mendukung untuk pengetatan moneter yang lebih cepat, kami siap menaikkan laju kenaikan suku bunga,” lanjutnya.
Nada Powell yang agak dovish memberi sinyal bahwa The Fed mungkin akan menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin (bps) dalam rapat 21-22 Maret 2023. “Mungkin tidak akan lebih besar dari itu,” tulis Krishna Guha dan Peter Williams dari Evercore ISI dalam risetnya.
Dalam rapat bulan ini, The Fed juga akan merilis proyeksi ekonomi terbaru. Termasuk arah kebijakan suku bunga yang dicerminkan dalam dot plot. Di dot plot edisi Desember 2022, para pejabat The Fed memperkirakan puncak suku bunga akan berada di 5,1% tahun ini.
Powell berulang kali menyebut ekonomi AS ternyata lebih kuat dari perkiraan, sehingga suku bunga harus naik lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya.
Investor pun menaikkan proyeksi puncak suku bunga (terminal rate) menjadi hampir 5,7%.
Sejak tahun lalu, kebijakan moneter The Fed sangat agresif. Suku bunga acuan didongkrak dari mendekati 0% menjadi 4,5-4,75%.
Bulan lalu, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps. Ini menjadi kenaikan terendah sejak Maret 2022.
Tujuan kenaikan suku bunga adalah mengerem permintaan sehingga meredakan tekanan harga. Namun ternyata ekonomi AS sejauh ini masih kuat menghadapi suku bunga yang sudah naik tinggi.
Penciptaan lapangan kerja mencapai lebih dari 1 juta dalam 3 bulan terakhir. Data inflasi dan konsumsi terkini menunjukkan tekanan harga masih terjadi.
“Inflasi memang melambat, tetapi masih sangat tinggi. Tingginya inflasi sebagian disebabkan oleh pasar tenaga kerja yang ketat,” kata Powell.
(bbn)