Kendati demikian, Roy memberikan catatan-catatan yang bisa mempengaruhi target pertumbuhan ritel di 2024. Pertama, kondusivitas dari tahun politik. Banyak pelaku usaha dan investor mulai melihat dan menunggu (wait and see) soal Pemilu di 2024. Dalam hal ini, pemerintah wajib memastikan keamanan dan kondusivitas agar ekonomi tetap berjalan.
Kedua, bergantung dari keberhasilan pemerintah dalam menjaga ketersediaan dan harga pangan. Sebab, pangan merupakan komoditas yang kerap mempengaruhi tingkat inflasi dan daya beli masyarakat.
Ketiga, ketegangan geopolitik yang dapat mempengaruhi harga minyak. Harga minyak, kata Roy, sudah berada pada kisaran USD75 hingga USD79 per barel. Bila ketegangan geopolitik meningkat dan harga minyak tembus USD150 per barel, maka dipastikan terdapat kenaikan harga pangan imbas kenaikan biaya logistik.
“Kalau harga minyak sampai USD150 per barel itu perfect storm atau badai yang sempurna. Pasti akan menaikkan harga makanan akibat kenaikan biaya logistik,” ujarnya.
Roy mengatakan Aprindo masih optimistis namun juga waspada. Dirinya juga mengingatkan kepada peritel untuk memperluas (ekstensifikasi) usaha.
“Perluasan usaha, jangan hanya ritel, yang ritelnya sudah bagus dijaga, yang ritelnya belum bagus, kecilkan sizenya jangan 5.000 meter lagi bikin 3.000-2.000 aja, tapi kalau ekstensifikasi itu mengambil langkah kontingensi ketika unpredictable terjadi,” pungkasnya
(dov/ain)