Masih maraknya PHK sejauh ini telah menurunkan keyakinan masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja ke depan. Berdasarkan survei konsumen yang dilansir BI terakhir, Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja pada Desember turun 1,5 poin, melanjutkan penurunan bulan sebelumnya. Indeks ini mengukur tingkat keyakinan konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja enam bulan mendatang dibanding kondisi saat ini.
Survei itu juga memperlihatkan mayoritas masyarakat menilai kondisi ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih sempit dibanding enam bulan lalu.
Keyakinan yang menurun atas ketersediaan pekerjaan tak ayal menyeret pula optimisme terhadap pertumbuhan pendapatan. Mayoritas masyarakat Indonesia, terutama yang berpenghasilan bawah (dengan pengeluaran Rp1 juta-Rp2 juta) dan menengah Rp3,1 juta-Rp4 juta, mencatat penurunan indeks terbesar masing-masing 6,3 dan 6,8.
Daya Beli Melemah
Pekerjaan yang hilang berarti pendapatan juga sirna. Terlebih bila yang terkena PHK adalah kepala keluarga dengan sumber pendapatan tunggal (single income). Dampak kehilangan pekerjaan bisa merembet jauh mempengaruhi roda perekonomian. Penjualan ritel turun, pabrik-pabrik menahan produksi, permintaan kredit untuk ekspansi juga bisa terseret.
Sejauh ini, tanda-tanda pelemahan daya beli sudah terlihat kentara. Inflasi inti yang menjadi salah satu cerminan kekuatan permintaan di perekonomian, sudah turun ke level terendah sejak akhir 2021.
Di sisi lain, tingkat tabungan di bank juga terus menurun, memantik dugaan ada banyak masyarakat yang makin banyak memakai simpanan mereka untuk membiayai konsumsi terutama di kalangan ekonomi bawah.
Data BI menunjukkan, simpanan masyarakat di bank dalam bentuk tabungan terus turun sejak September lalu. Bahkan pada November lalu, penurunannya mencapai -5,4%. Tren serupa juga terjadi untuk jenis simpanan lain seperti deposito.
Bagi Indonesia yang masih menghadapi risiko penurunan kinerja ekspor hingga tahun ini, pelemahan kinerja konsumsi bisa membahayakan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi akan cenderung stagnan. Bank Dunia memperkirakan, Indonesia akan mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 4,9% pada 2024 ini, dan melanjutkan stagnasi di angka yang sama pada 2025.
Prediksi itu lebih pesimistis dibanding perkiraan BI yang memproyeksikan capaian Produk Domestik Bruto pada 2024 ada di kisaran 4,7%-5,5%, lebih tinggi dibandingkan proyeksi tahun ini di kisaran 4,5%-5,3%.
(rui/aji)