Kenaikan impor batu bara China disebabkan oleh penurunan kinerja pembangkit listrik tenaga air. Produksi listrik dari pembangkit tenaga air berkurang 7,1% dalam 10 bulan pertama 2023.
Namun tahun ini, kemungkinan besar pembangkit listrik tenaga air sudah pulih dan produksinya meningkat. Begitu pula produksi listrik dari energi terbarukan seperti angin dan surya. Jadi, perkembangan ini sepertinya akan menekan permintaan batu bara.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara memang masih bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 37,44. RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Sementara indikator Stochastic RSI ada di 17,77. Angka di bawah 20 mengindikasikan batu bara sebenarnya sudah jenuh jual (oversold).
Oleh karena itu, sejatinya peluang kebangkitan harga batu bara terbuka. Target resisten terdekat adalah US$ 131/ton. Jika tertembus, maka ada kemungkinan naik lagi menuju US$ 137/ton.
Target paling optimistis atau resisten terjauh adalah US$ 146/ton, yang merupakan Moving Average (MA) 200.
Sedangkan target support terdekat ada di US$ 126/ton. Penembusan di titik ini bisa membuat harga batu bara turun lagi ke US$ 119/ton.
(aji)