Milisi Houthi masih menyerang kapal-kapal Israel di Laut Merah, sebagai balasan atas invasi Negeri Bintang Daud ke Jalur Gaza. Amerika Serikat (AS) dan sekutunya pun turun gelanggang, ikut menggempur Houthi di Yaman.
“Tensi geopolitik yang tinggi mengarahkan harga emas kembali ke atas US$ 2.000/ons. Ini karena ketidakpastian meningkat lagi,” kata Daniel Pavilonis, Senior Market Strategist di RJO Futures, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Sentimen kedua, seperti biasa, adalah pernyataan pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). Raphael Bostic, Presiden The Fed Atlanta, menyatakan bahwa dirinya terbuka terhadap opsi menurunkan suku bunga acuan lebih cepat jika ada bukti kuat bahwa inflasi turun signifikan.
“Jika kita terus melihat data yang mengarah ke bawah, maka mungkin saja bagi saya untuk merekomendasikan normalisasi kebijakan sebelum kuartal III. Namun perlu bukti untuk meyakinkan itu,” tegas Bostic dalam sebuah acara yang diselenggarakan Atlanta Business Chronicle, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas masih tertahan di zona bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 46,63. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Sementara indikator Stochastic RSI berada di 28,77. Masih belum di bawah 20, yang berarti belum jenuh jual (oversold). Ini membuat risiko tekanan jual terhadap emas masih terbuka dan investor perlu waspada.
Akan tetapi, harga emas sudah menembus resisten US$ 2.016/ons. Ini membuat ruang kenaikan masih terbuka, dengan target di kisaran US$ 2.031-2.045/ons.
Sedangkan target support terdekat adalah US$ 1.973/ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas jatuh ke arah US$ 1.964/ons.
(aji)