“Apakah harus nikel? buat kita hari ini di Indonesia ingin dorong open untuk teknologi besar, jadi bisa nikel based, LFP, hidrogen atau sodium mungkin gak apa-apa juga, nanti kita lihat, yang paling penting itu ada di Indonesia,” ujar Rachmat.
“Kita mengetahui bahwa baterai berbasis nikel secara kimiawi, fisika punya energi density lebih baik dari LFP dan punya berbagai kelebihan juga, misalnya lebih tahan suhu ekstrem,” lanjutnya.
Selain itu, Indonesia juga telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 79 Tahun 2023 Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Listrik.
Perpres tersebut mewajibkan pelaku industri tentang tingkat komponen dalam negeri (TKDN) 60% pada 2027. Sehingga, BYD diharapkan patuh terhadap peraturan di Indonesia dan memproduksi baterai di Indonesia.
“Jadi kita meyakini bahwa nikel pasti dipakai. Sebagian mungkin akan ke baterai, tapi kalau tidak hilirisasi kita juga masih tetap berjalan. Bisa jadi untuk tetap stainless steel dan lain-lain. Posisi kita hari ini kita gunakan, kita dorong teknologi yang ada, tapi kita open,” pungkasnya.
Build Your Dreams (BYD) resmi meluncurkan 3 mobil listrik di Indonesia pada hari ini, Kamis (18/1/2024). 3 mobil listrik tersebut di antaranya adalah BYD Seal, BYD Atto3 dan BYD Dolphin.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan nilai investasi mencapai US$ 1,3 miliar atau setara Rp20,3 triliun (asumsi kurs Rp15.634) dengan kapasitas produksi 150.000 unit per tahun.
“Dari informasi yang kami dapatkan berbincang dengan eksekutif BYD dengan investasi USD1,3 miliar dan kapasitas produksi 150.000 per unit,” ujar Airlangga dalam agenda BYD Brand dan Product Launching Ceremony, di Sasana Kriya Building, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Kamis (18/1/2024).
(dov/ain)