Peringatan BHP menambah serangkaian pengumuman serupa dari perusahaan lain, karena para penambang kecil berjuang untuk mengumpulkan uang dari sumber yang lebih tradisional dan bergulat dengan kenaikan biaya.
Awal pekan ini, First Quantum Minerals Ltd. mengatakan akan menghentikan penambangan di operasi nikel dan kobaltnya di Australia Barat dan memangkas sepertiga tenaga kerja sebagai respons terhadap melemahnya harga logam dan biaya yang lebih tinggi. Logam ini digunakan untuk membuat baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
BHP memproduksi 19,600 ton nikel dalam tiga bulan terakhir tahun 2023, naik 11% dari tahun sebelumnya, katanya dalam pernyataan hari Kamis. Operasional perusahaan Nickel West mencakup tiga tambang, sebuah pabrik peleburan di Kalgoorlie, kilang Kwinana, dan pabrik sulfat.
Di bawah kepemimpinan Chief Executive Officer Mike Henry, BHP telah mengubah portofolionya dengan keluar dari sektor minyak dan gas, menjual aset batu bara, dan menyelesaikan pengambilalihan OZ Minerals Ltd senilai US$6 miliar untuk menambah eksposur terhadap tembaga.
Permintaan logam tersebut diperkirakan akan meningkat seiring dengan dekarbonisasi dunia akibat penggunaannya dalam jaringan listrik dan kendaraan listrik.
Potensi penurunan nilai Nickel West tidak akan terlalu berdampak besar bagi BHP karena logam tersebut merupakan “bagian yang sangat kecil dari keseluruhan portofolio bisnis mereka,” kata analis sumber daya Barrenjoey, Glyn Lawcock, dalam sebuah wawancara telepon.
“Pada dasarnya kita berada dalam industri yang bersifat siklus – saat ini, saya merasa nikel bukanlah tempat yang saya inginkan untuk mengikat dan berinvestasi,” kata Lawcock, yang menambahkan bahwa surplus besar pasokan Indonesia telah mengejutkan pasar.
Produk Andalan
Bahkan ketika Henry mengalihkan fokusnya ke material transisi energi, bijih besi tetap menjadi produk andalan BHP. Produksi bahan pembuatan baja perusahaan dalam periode tiga bulan adalah 65,8 juta ton, turun 2% dari tahun sebelumnya.
Permintaan baja di China telah stabil dan produksinya akan mencapai puncaknya sebelum akhir dekade ini, akibat krisis yang telah berlangsung selama bertahun-tahun di sektor properti negara tersebut, yang biasanya menghabiskan lebih dari sepertiga produksi baja negara tersebut.
Meskipun ada pertumbuhan di segmen yang lebih kecil seperti manufaktur mobil listrik dan AC, laju konstruksi telah melambat, yang berarti impor bijih besi diperkirakan menurun.
Awal pekan ini, saingan BHP, Rio Tinto Group, melaporkan produksi bijih besi selama tiga bulan hingga 31 Desember turun 2% menjadi 87,5 juta ton.
Sementara itu, produksi tembaga BHP naik 3% dalam tiga bulan, sedangkan batubara metalurgi merosot 18%. Kisaran panduan produksi untuk tahun fiskal tetap tidak berubah untuk seluruh aset, kecuali batu bara kokas yang diturunkan.
Pada Oktober, BHP setuju untuk menjual dua operasi batubara kokas Australia kepada Whitehaven Coal Ltd dengan nilai setidaknya US$3,2 miliar.
Operasi di tambang batu bara kokas Saraji milik BHP dihentikan pada 15 Januari setelah adanya kematian pekerja dan diperkirakan akan dimulai kembali secara bertahap dalam beberapa hari mendatang, katanya pada hari Kamis.
Saham BHP di Sydney turun sebanyak 2,2% sebelum diperdagangkan 1,3% lebih rendah menjadi A$45,985 masing-masing pada pukul 1:20 siang waktu setempat pada Kamis.
(bbn)