Dia menjelaskan, proses implementasi tidak bisa serta merta dilakukan setelah menandatangani kesepakatan kerja sama penggunaan QRIS.
"Karena ini akan dimulai dengan penandatangan MoU (nota kesepahaman) structure bilateral cooperation antara dua negara tentang bank sentral, di dalamnya meng-cover moneter makroprudensial dan juga SPI, lalu berikutnya ada lagi MoU turunannya terkait QRIS cross border,” paparnya.
Meskipun sudah penandatangan MoU dengan beberapa negara, Ia menjelaskan proses pengimplementasian QRIS cross border harus melewati beberapa tahapan, yakni, semua pihak terkait harus melakukan perjanjian antar industri yang mencakup ASPI dan switching. Selanjutnya, tahapan pengembangan interlinking, hingga uji coba sandbox, dan yang terakhir implementasi.
Dalam kesempatan yang sama, ia juga memaparkan implementasi QRIS cross border yang sudah dijalankan, yakni dengan Malaysia, Singapura, dan Thailand. Menurutnya, performa QRIS cross border pada negara tersebut menunjukan capaian positif, terlihat dari transaksi QRIS masuk (inbound) dan keluar (outbound) yang bertumbuh.
Khusus untuk Singapura, ia mengatakan bahwa transaksi inbound QRIS secara volume pertumbuhannya mencapai 261% month to month (mtm) dan secara nominal tumbuh 342% (mtm).
“Banyak turis Singapura datang ke Indonesia dan menggunakan QRIS, utamanya di Batam, Bintan dan Jakarta, Malaysia juga,” pungkasnya.
Sebelumnya BI mencatat nominal transaksi QRIS sepanjang 2023 tercatat mencapai Rp229,96 triliun dan tumbuh 130,01% (yoy), dengan jumlah pengguna 45,78 juta dan jumlah merchant 30,41 juta yang sebagian besar merupakan UMKM.
(azr/lav)