Masih sulitnya NAB reksa dana berkembang tidak bisa dilepaskan dari kinerjanya yang semakin mengecewakan. Pada 2023 lalu, hampir semua reksa dana mencatat kinerja di bawah indeks acuan (underlying asset) di mana untuk jenis reksa dana saham bahkan kinerjanya minus hingga -6,2%.
Capaian minus itu bahkan terjadi ketika aset dasarnya mencetak return positif dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh 4,66% year-to-date hingga 27 Desember 2023. NAB reksa dana saham tergerus hingga 16,65% dibanding Desember 2022.
Sementara kinerja reksa dana yang paling cemerlang dibukukan oleh jenis pendapatan tetap (fixed income mutual fund) yang tumbuh 4,3%, di bawah kinerja aset dasarnya yaitu surat utang negara, Infovesta Government Index pada saat yang sama tumbuh 4,75%. Namun, masih melampaui kinerja surat utang korporasi, Infovesta Corporate Bond Index hanya tumbuh 3,56%.
NAB reksa dana pendapatan tetap berhasil tumbuh tipis 2,6% menjadi Rp143,99 triliun, menjadi yang terbesar di antara jenis reksa dana lain, mengalahkan reksa dana saham dan reksa dana terproteksi.
Pada 2024, reksa dana kemungkinan masih belum mampu bangkit dengan masih tingginya ketidakpastian global yang masih membebani pasar meski sudah relatif lebih reda dibanding tahun lalu.
(rui/aji)