Sejumlah saham yang menguat tajam dan menjadi top gainers antara lain PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang melonjak 24,6%, PT Griptha Putra Persada Tbk (GRPH) yang melesat 23,4%, dan PT Hotel Sahid Jaya International Tbk (SHID) yang melejit 16,1%.
Kemudian saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers di antaranya PT Grahaprima Suksesmandiri Tbk (GTRA) yang anjlok 15,2% PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) yang jatuh 9,86%, dan PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) yang ambruk 9,7%.
Adapun indeks saham utama Asia lainnya justru kompak menapaki zona merah. Pada pukul 12.20 WIB, Shanghai Composite (China), Shenzhen Comp. (China), PSEI (Filipina), KLCI (Malaysia), Topix (Jepang), Straits Times (Singapura), KOSPI (Korea Selatan), SETI (Thailand), dan Nikkei 225 (Tokyo), yang terjungkal dan melemah masing-masing 1,85%, 1,84%, 0,8%, 0,75%, 0,06%, 0,06%, 0,05%, 0,05%, dan 0,01%.
Sementara itu hanya beberapa yang menemani IHSG di zona hijau, yaitu Hang Seng (Hong Kong), dan TW Weighted Index (Taiwan) menguat masing-masing 0,24%, dan 0,41%.
Bursa saham Asia tersengat sentimen negatif dengan yang terjadi di New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, 3 indeks utama di Wall Street finis di zona merah.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,25%. Sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite melemah dengan kenaikan masing-masing 0,56% dan 0,59%.
Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global dan regional. Investor makin ragu melihat gerak-gerik Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) dalam hal pemangkasan suku bunga acuan di tahun 2024 menyusul data penjualan ritel di AS yang lebih tinggi dari perkiraan.
Seperti yang diwartakan oleh Bloomberg News, Penjualan Ritel AS mencatat pertumbuhan terkuat dalam tiga bulan pada Desember, menandai akhir tahun yang kuat bagi konsumen. Data Departemen Perdagangan menunjukkan bahwa nilai pembelian ritel naik 0,6% secara luas, tidak termasuk inflasi, sementara penjualan–tidak termasuk mobil–naik sebesar 0,4%.
Sentimen dari serangkaian data ekonomi China yang mengecewakan terus membebani sentimen investor.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, indeks regional tertekan, setelah rilis data pertumbuhan ekonomi China di Kuartal IV-2023 yang mencapai 5,2%, berada di bawah ekspektasi 5,3%. Secara keseluruhan PDB China tumbuh sebesar 5,2% di tahun 2023.
Data yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan hasil yang beragam untuk negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini, sementara harga rumah dan pengeluaran terkait properti mengecewakan. Sebuah ukuran perubahan harga secara luas mencatat penurunan kuartalan terpanjang sejak tahun 1999.
Harga rumah di China mengalami depresiasi terbesar dalam hampir sembilan tahun pada Desember. Penurunan harga properti yang berkelanjutan di China telah menjadi hambatan utama bagi perekonomian.
(fad)