Hingga kuartal III-2023, Freeport sendiri telah mencatat produksi konsentrat tembaga mencapai 1,17 miliar pon. Angka itu naik tipis dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 1,16 miliar pon.
Terkait dengan kebutuhan ekspor konsentrat tembaga selepas tenggat Mei tahun ini, Agung kembali menggarisbawahi Freeport telah mengajukan izin relaksasi, mempertimbangkan fasilitas smelter tembaga PTFI di JIIPE, Gresik yang baru bisa mencapai kapasitas penuh pada Desember 2024.
“Dengan demikian, konsentrat tembaga yang telah diproduksi tidak bisa serta merta langsung diserap penuh oleh smelter baru tersebut. Dengan kondisi ini, kami berharap adanya relaksasi izin ekspor konsentrat tembaga setelah Mei 2024,” tegasnya.
Menurut versi Kementerian ESDM, rencana produksi dalam RKAB PTFI secara terperinci adalah sebesar 63,1 juta ton (1,26 miliar pon) konsentrat tembaga pada 2024, lalu naik menjadi 77,5 juta ton pada 2025, dan 79,1 juta ton pada 2026.
"Kita sudah setujui," ujar Plt Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Bambang Suswantono awal pekan ini.
Secara total, rencana produksi bijih tembaga Freeport selama 3 tahun tersebut mencapai 219,8 juta ton, di tengah proses relaksasi izin ekspor konsentrat tembaga penambang asal Amerika Serikat (AS) itu, setelah sebelumnya dibatasi hingga Mei 2024.
Sementara itu, perihal pengajuan relaksasi ekspor izin ekspor konsentrat tembaga hingga melewati Mei 2024, Bambang mengatakan Kementerian ESDM masih memproses perpanjangan izin tersebut dan belum memberikan keputusan final.
(ibn/wdh)