Drevon pun menyerukan aksi protes akan dilanjutkan pada Sabtu mendatang (11/3/2023). Demo akan dilanjutkan dengan aksi mogok massal pada pekan berikutnya.
Jajak pendapat Ifop untuk surat kabar L'Humanite menunjukkan, masyarakat Prancis memang lebih banyak menentang rencana kebijakan Macron. Sigi digelar dengan 1.002 responden usia dewasa pada 2-3 Maret lalu. Hasilnya, sebanyak 65% ingin pemerintah menarik rencana itu dan mendukung gerakan mogok kerja.
Pemimpin serikat buruh mengatakan, banyak pekerja memang membatasi jumlah hari mereka ikut bergabung dan turun ke jalan. Hal ini sebagai strategi untuk menghemat biaya karena juga kena imbas lonjakan inflasi.
Perusahaan kereta api Prancis, SNCF mengatakan layanan sangat terganggu akibat pemogokan Selasa dan Rabu ini. Mereka pun meminta para pelancong menunda perjalanan. Eurostar telah membatalkan 38 kereta internasional selama dua hari, yang menghubungkan London, Paris, Brussel, dan Amsterdam.
Jadwal kereta bawah tanah dan komuter Paris juga sangat terpengaruh. Operator RATP pun menyarankan orang untuk bekerja dari rumah dan memperkirakan potensi gangguan perjalanan berlanjut. Sementara itu, Air France mengatakan hanya mengoperasikan 8 dari 10 penerbangan jarak pendek dan menengah, pada Selasa dan Rabu.
Salah satu dari enam kilang minyak utama Prancis juga tidak dapat diakses karena pemogokan pekerja. Hal ini sempat mengganggu pasokan bahan bakar seperti bensin dan solar ke stasiun pengisian bahan bakar negara.
Pemogokan juga menghambat kapasitas tenaga air Electricite de France (EDF) SA sebesar 7,6 gigawatt pada Selasa sore. Mereka juga mengurangi beberapa gigawatt keluaran dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan gas. EDF mengatakan partisipasi pekerja dalam pemogokan mencapai 47,7%.
Pemerintah Macron sendiri tak menunjukkan tanda-tanda akan mengurungkan niatnya meski ada protes besar. Senat Prancis kabarnya tengah meninjau undang-undang tersebut hingga 12 Maret mendatang. Rencananya, beleid tersebut bisa berlaku pada September 2023.
Sebelumnya, Macron memang bulat mendorong rencana ini karena kekhawatiran atas inflasi. Harga konsumen di Prancis melonjak sebesar 7,2% pada Februari 2023 dari tahun lalu. Hal ini dipicu karena naiknya biaya makanan dan jasa.
“Tentu saja tidak pernah ada momen yang baik untuk melakukan reformasi usia pensiun, tetapi terkadang lebih buruk daripada yang lain – dan ini sangat buruk,” Bernard Sananes, presiden lembaga survei Elabe, mengatakan kepada Bloomberg.
“Reformasi pensiun menambah kesulitan bagi mereka yang kehidupan sehari-harinya sudah sulit, dan inilah yang diremehkan pemerintah.”
Dengan asistensi Julien Ponthus, Francois de Beaupuy, dan Frank Connelly.
(bbn)