Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah kemungkinan masih akan bergerak melemah pada hari ini, Kamis (18/1/2024) tertekan sentimen pasar global yang masih membebani aset-aset di pasar negara berkembang menyusul terus penguatan dolar Amerika Serikat, terungkit harapan pivot The Fed pada Maret yang pupus.

Indeks dolar AS ditutup menguat tadi malam, penguatan dua hari berturut-turut. Sementara aksi jual di pasar global baik di surat utang maupun saham juga masih berlanjut. Indeks-indeks saham di Wall Street ditutup merah, sedang tingkat imbal hasil Treasury, surat utang AS, melanjutkan reli kenaikan terutama untuk seri pendek yang melompat 12,9 basis poin. Tenor acuan 10 tahun kini di 4,09%, naik 4,2 basis poin.

Lanskap ini tidak menguntungkan bagi rupiah kendati dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kemarin, Gubernur BI Perry Warjiyo, memberi pernyataan penguatan bahwa pelemahan rupiah sejak awal tahun masih lebih baik ketimbang valuta Asia lain. Bank sentral menilai, ketidakpastian global sudah mereda sehingga tren jangka panjang rupiah adalah menguat.

Namun, situasi jangka pendek tetap tidak bisa diabaikan. Sejak awal tahun, para pemodal global terus beramai-ramai mengurangi posisi 'taruhan' mereka bahwa The Fed akan memulai pivot bunga Maret nanti. Di pasar swap, probabilitas penurunan Fed fund rate pada Maret pupus sehingga tinggal 54% dari tadinya di atas 70%. 

Di pasar forward, kontrak rupiah pagi ini diperdagangkan di kisaran Rp15.642/US$, lebih lemah dibanding kisaran pergerakan kemarin. Sedang di pasar spot kemarin, rupiah ditutup melemah untuk hari keempat di posisi Rp15.640/US$. Sementara kurs tengah Bank Indonesia, JISDOR, juga ditutup melemah di Rp15.639/US$.

Secara teknikal, rupiah hari ini kemungkinan masih akan melemah lagi dengan target koreksi menuju area Rp15.675/US$ yang merupakan support terdekat setelah break MA-50 dan MA-100, dengan target pelemahan selanjutnya tertahan di Rp15.710/US$.

Bila level itu jebol, rupiah bisa semakin tergerus nilainya menuju level Rp15.725/US$ sampai dengan Rp15.740/US$ sebagai support terkuat.

Sebaliknya, bila hari ini rupiah mampu keluar dari tekanan, ada level resistance yang menarik dicermati di level Rp15.610/US$ dan selanjutnya Rp15.580/US$. Dalam jangka menengah, rupiah masih ada potensi penguatan optimis kembali ke level Rp15.500/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Kamis 18 Januari (Divisi Riset Bloomberg Technoz)

Tren menguat

Tekanan yang dihadapi oleh rupiah sejak awal tahun, menurut Bank Indonesia, hanyalah volatilitas jangka pendek. Dalam jangka panjang, tahun ini tren rupiah adalah menguat seiring dengan semakin meredanya ketidakpastian global terkait arah bunga di negara-negara maju.

"Kami melihat penguatan dolar AS itu sudah terhenti, jadi ada kecenderungan [dolar AS] melemah meski masih ada ketidakpastian timing dan magnitude terkait kapan penurunan bunga global sehingga pasar masih volatile, akan tetapi kami perkirakan rupiah hanya naik turun dalam jangka pendek dengan tren ke depan menguat," jelas Perry Warjiyo, Gubernur BI dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Rabu (17/1/2024).

Rupiah sudah kehilangan nilai 1,24% sejak awal tahun di tengah tekanan pasar global. Meski mencatat pelemahan, kinerja rupiah sejauh ini masih lebih baik ketimbang mata uang Asia lain. "Ringgit Malaysia, Baht Thailand dan won Korea masing-masing melemah 1,95%, lalu 2,82% dan 2,24%," kata Perry.

Pelemahan rupiah berlangsung di tengah arus masuk modal asing yang masih mencatat inflows. Sampai 15 Januari, laporan BI, pemodal asing masih mencatat beli bersih US$ 3 miliar, melanjutkan net inflows sepanjang 2023 yang mencapai US$ 5,4 miliar.

(rui)

No more pages