Pertumbuhan penjualan ritel pada Desember juga lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar. Konsensus yang dihimpun Bloomberg memperkirakan pertumbuhan di 0,4%.
Data ini memberi gambaran bahwa ekonomi Negeri Adikuasa masih kuat. Tingginya permintaan pada akhirnya akan menyebabkan tekanan inflasi (demand-pulled inflation).
Artinya, kemungkinan bank sentral Federal Reserve masih akan menahan diri untuk tidak menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Sebab, sepertinya inflasi AS masih akan ‘bandel’ seiring permintaan yang solid.
Suku bunga tinggi bukan kabar baik bagi emas. Ini karena emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Berinvestasi di emas kurang menguntungkan saat suku bunga tinggi.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas sudah masuk zona bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 41,88. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang di posisi bearish.
Namun perlu diperhatikan bahwa indikator Stochastic RSI sudah berada di angka 0. Artinya, emas sudah sangat jenuh jual (oversold).
Ini menyebabkan ruang kebangkitan harga emas menjadi terbuka. Target resisten terdekat adalah US$ 1.964/ons. Penembusan di titik ini bisa membuat harga naik lagi ke US$ 1.972/ons.
Sementara target support terdekat adalah US$ 1,799/ons. Jika tertembus, maka harga emas bisa jatuh lagi ke US$ 1.710/ons,
(aji)