Djoko menjelaskan saat ini bus listrik masih belum menjadi pilihan bagi operator bus di Indonesia, khususnya untuk layanan antarkota mengingat keterbatasan jarak tempuhnya. Bus listrik baru digunakan sebagai angkutan dalam kota atau angkutan lingkungan yang jarak tempuhnya pendek.
Apabila nantinya pemerintah melalui Kemenhub akan memberikan bantuan teknis bus listrik untuk mendukung mobilitas masyarakat, Djoko sangsi bus tersebut dapat beroperasi sebagaimana mestinya.
Penyebabnya, masih banyak daerah yang belum mendukung sepenuhnya operasional kendaraan listrik atau punya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) memadai.
"Berpotensi mangkrak juga kalau nantinya dibagikan dalam bentuk bantuan teknis. Fasilitasnya sudah mendukung belum? Di Surabaya bus listrik akhirnya berhenti operasi dan digantikan bus biasa," ujarnya.
PT Transjakarta dikabarkan akan kembali menambah jumlah bus listriknya pada tahun ini. Dikabarkan jumlah bus listrik yang ditambah mencapai 120 unit, tidak termasuk unit pengadaan tahun lalu yang terlambat dikirim karena karantina wilayah (lockdown) di China.
Saat ini, terdapat 30 unit bus listrik untuk layanan non-bus rapid transit (NBRT) Transjakarta. Bus bermerek BYD yang didatangkan secara utuh atau completely built up (CBU) dari China itu dioperasikan oleh PT Mayasari Bakti untuk Transjakarta.
"Transjakarta ini sudah punya anggaran dan perencanaan sendiri untuk pengadaan. Untuk subsidi ini lebih baik subsidi operasionalnya yang ditingkatkan," ujar Djoko.
Awal pekan ini, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan pemerintah akan memberikan bantuan pembelian untuk sepeda motor listrik 200.000 unit, mobil listrik 35.900 unit, dan bus listrik 138 unit sampai dengan Desember 2023.
"Dan untuk bus listrik kami usulkan sejumlah 138 unit," katanya dalam konferensi pers pada Senin (8/3/2023).
Sejauh ini belum disebutkan berapa nilai maupun skema bantuan yang akan diberikan untuk pembelian bus listrik. Agus menyebut pemerintah akan mengumumkan jumlah subsidi untuk mobil listrik dan bus listrik paling lambat 20 Maret 2023.
Produsen yang akan mendapatkannya juga belum diumumkan. Meski begitu saat ini hanya ada tiga merek bus listrik yang dijual di Indonesia.
Pertama, BYD yang sudah digunakan untuk layanan Transjakarta NBRT. Merk tersebut dibawahi oleh agen pemegang merk (APM) VKTR Teknologi Mobilitas (VKTR), entitas baru dari Bakrie Autoparts, anak usaha Bakrie & Brothers Tbk (BNBR).
Kedua, Mobil Anak Bangsa (MAB) yang didirikan Kepala Staff Kepresidenan Moeldoko. Bus buatan MAB sudah digunakan oleh sejumlah perusahaan untuk angkutan lingkungan, termasuk PT Paiton Energy dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.
Ketiga, PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA. Perusahaan plat merah ini memproduksi bus listrik yang digunakan untuk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada 15—16 November 2022.
(rez/wdh)