Djoko pun berharap tahun ini setidaknya pulau-pulau besar di Indonesia telah tersambung dengan pipa yang bakal mengalirkan listrik tersebut.
"Antarpulaunya setelah 2024. Jadi kalau di Sumatra—Jawa itu terjadi over suplai, bisa dieksport ke Kalimantan atau Sulawesi,"ujar dia.
Sebelumnya, Badan Pemerika Keuangan (BPK) melaporkan beberapa wilayah Indonesia berpotensi defisit sistem kelistrikan nasional.
Potensi tersebut disebabkan lantaran masih rendahnya realisasi pembangunan pembangkit listrik dalam rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) PT Perusahaan Listrik Negar atau PLN (Persero).
Dalam kalkulasi BPK terhadap daya mampu netto (DMN) berdasarkan RUPTL PLN itu menunjukkan bahwa cadangan kelistrikan nasional hanya berpusat di Jawa-Bali, yang mendapat persentase sekitar 35%—52% atau di atas standar status siaga defisit listrik.
Sementara itu, sistem kelistrikan di wilayah lainnya memasuki status siaga atau rerata masih di bawah 35%, dan berpotensi defisit jika proyek pembangkit tak kunjung rampung atau mengalami keterlambatan operasi.
Laporan itu tertuang dalam hasil Pemeriksaan Kinerja atas Pengelolaan Batu Bara, Gas Bumi, dan Energi Terbarukan dalam Pengembangan Sektor Ketenagalistrikan untuk Menjamin Ketersediaan, Keterjangkauan, dan Keberlanjutan Energi Tahun Anggaran 2020 sampai semester I-2022.
(ibn/wdh)