Berdasarkan RPP KEN itu, target bauran EBT nasional nantinya juga akan terus naik secara bertahap. Pada 2030, bauran EBT ditargetkan dapat mencapai 19%—21%.
Kemudian, pada 2035 akan naik lagi menjadi sekitar 25%—26%, 2040 ditargetkan mencapai 38%—41%, hingga pada 2060 mendatang mencapai 70%—72%.
"Kalau dahulu, dalam PP KEN Nomor 79 Tahun 2014 itu adalah kita 2050 itu 70%-nya justru fosil. Sekarang justru dibalik 70% adalah EBT. Bedanya begitu, fosil jadi 30%. Kalau dulu 30% EBT, 70% adalah fosil."
Indonesia sendiri saat ini tengah berambisi untuk memaksimalkan pemanfaatan energi bersih. Hal itu didukung dengan bauran EBT dalam sistem kelistrikan nasional ditargetkan dapat mencapai 23% hingga 2025.
Namun, target tersebut tampaknya masih belum seperti yang diharapkan oleh pemerintah saat ini. Hal itu terbukti dengan target bauran yang masih jauh panggang dari api.
Kementerian ESDM mencatat, hingga 2023, bauran EBT sistem kelistrikan nasional baru mencapai 13,1% atau masih jauh dari target tersebut, dengan sisa waktu yang tak lama lagi.
Secara total, kapasitas terpasang pembangkit EBT 2023 sebesar 13.155 MW, melalui sumber energi air sebesar 6.784,2 MW, PLT Bioenergi 3.195,4 MW, PLT Panas Bumi 2.417,7 MW, PLT Surya 573,8 MW. Lalu, kapasitas dari PLTB sebesar 154,3 MW dan PLT Gas Batubara sebanyak 30 MW.
(ibn/wdh)