Nadella secara pribadi mendukung kembalinya Altman dan, pada satu titik, menawarinya pekerjaan.
Hubungan tersebut, bersama dengan investasi Microsoft sebesar US$13 miliar di OpenAI—telah memicu tinjauan regulasi antimonopoli di Inggris dan Uni Eropa.
Bloomberg News melaporkan pada bulan Desember bahwa Komisi Perdagangan Federal (Federal Trade Commission/FTC) AS juga telah mengajukan pertanyaan tentang hubungan antara kedua perusahaan tersebut.
“Tidak dapat dipungkiri bahwa regulator di mana pun akan melihat apa yang dilakukan oleh perusahaan dengan ukuran dan skala seperti kami,” kata Nadella tentang penyelidikan Uni Eropa.
“Pada akhirnya, Anda menginginkan pendatang baru. Itulah inti dari memastikan Anda memiliki kompetisi yang dinamis.”
Nadella mengatakan bahwa Microsoft, yang menerima peran sebagai pengamat dewan non-voting setelah kembalinya Altman, tidak akan berusaha untuk mendapatkan kursi di dewan.
Perusahaan teknologi dan perangkat software raksasa, yang merupakan pendukung terbesar OpenAI, telah merombak seluruh lini produknya di sekitar teknologi yang mendasari ChatGPT, produk yang diidentifikasi Nadella sebagai “produk AI pertama yang dapat kita semua pahami.”
Meski begitu Nadella mengatakan bahwa Microsoft tidak terlalu bergantung pada OpenAI. Justru OpenAI bergantung pada Microsoft untuk bagian-bagian penting dari teknologi yang dibutuhkan untuk membuat produknya. Microsoft juga meneliti dan mengembangkan program AI-nya sendiri selain dari mitranya.
“Saya rasa sangat senang dengan konstruksi yang kami miliki,” katanya tentang kemitraan ini. “Saya merasa pada saat yang sama sangat mampu mengendalikan nasib kami sendiri.”
Seiring dengan berkembangnya penggunaan AI, hal ini akan memungkinkan interfaces dan model baru untuk aplikasi, Microsoft melihat peluang berpartisipasi dalam perangkat hardware yang memanfaatkan perkembangan tersebut, katanya.
Meski Microsoft minggu lalu melewati Apple Inc sebagai perusahaan paling bernilai berdasarkan kapitalisasi pasar, Nadella tidak terlalu terkesan dengan pencapaian tersebut. Nadela bilang sebagai “indikator yang tertinggal”.
“Hal terakhir yang ingin Anda lakukan adalah terpaku pada harga saham, yang kita tahu tidak ada artinya dalam hal apa yang terjadi besok, terutama di industri kita,” ucap dia.
“Jujur masalahnya, dalam beberapa hal, adalah apakah kita semua dapat mempertaruhkan semuanya pada apa yang akan terjadi selanjutnya.”
(bbn)