Logo Bloomberg Technoz

“Saya rasa kita akan melihat perbedaan kebijakan moneter di AS dan Eropa pada 2023. Ini akan mendorong euro lebih kuat,” kata Christian Kopf, Head of Fixed Income di Union Investment, dalam wawancara bersama Bloomberg Television.

Dollar Index (yang mengukur posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,4% pada Senin (9/1/2023) setelah jatuh 1% pada akhir pekan lalu. Rilis data inflasi dan pidato Kepala The Fed Jerome Powell akan menjadi sentimen penentu gerak dolar AS selanjutnya. 

Akan tetapi, beberapa pihak tetap menilai dolar AS mampu bangkit. Sebab, bagaimanapun posisi (stance) kebijakan The Fed masih condong ke arah pengetatan.

“The Fed masih menilai bahwa inflasi harus dijinakkan sehingga suku bunga kebijakan belum bisa turun tahun ini,” tegas Steven Barrow, Head of Group 10 Strategist di Standard Chartered, dalam catatannya.

Dolar AS mungkin masih memiliki sisa kekuatan, tetapi mata uang negara-negara berkembang (emerging markets) di Asia juga layak dipantau karena terimbas sentimen positif dari pertumbuhan ekonomi China yang lebih kuat. China kini telah kembali memperbolehkan warganya untuk beraktivitas di luar rumah, mengakhiri karantina wilayah (lockdown) selama berbulan-bulan.

“Proyeksi terbaru kami menunjukkan bahwa dolar AS sudah mencapai puncaknya,” tulis Kamakshya Trivendi, Strategist Goldman Sachs Group Inc, dalam catatannya.

(aji)

No more pages