Investor Ramai-ramai Jual Dolar AS
Hidayat Setiaji
10 January 2023 05:36
Bloomberg Technoz, Jakarta - Pelaku pasar kian mengambil posisi bearish terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Penyebabnya adalah spekulasi bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan memperlambat laju kenaikan suku bunga acuan.
Posisi jual (short) terhadap dolar AS tercatat sebanyak 30.457 kontrak pada perdagangan pekan lalu, tertinggi sejak Agustus 2021, mengutip data Commodity Futures Trading Currency. Data ini dihimpun berdasarkan perdagangan dolar AS yang dipasangkan (pair) dengan delapan mata uang lain.
“Pilar kekuatan dolar AS kini mulai terkikis. Notula rapat (minutes of meeting) The Fed menunjukkan bahwa suku bunga semakin mendekat puncak dan kenaikan akan terhenti,” sebut John Brimhead, Strategist di Australia & New Zealand Banking Group Ltd yang berbasis di Sydney (Australia).
Dolar AS mengalami tekanan karena institusi besar seperti Jupiter Asset Management dan JPMorgan Asset Management memperkirakan The Fed akan menahan laju kenaikan suku bunga acuan. Tahun lalu, kenaikan suku bunga yang agresif membuat dolar menguat tajam dibandingkan berbagai mata uang lainnya.
Namun hal tersebut mungkin akan berubah tahun ini. Pelaku pasar memperkirakan bank sentral Uni Eropa (ECB) akan menaikkan suku bunga acuan lebih agresif ketimbang The Fed pada 2023, bisa mencapai 150 basis poin (bps) dibandingkan The Fed yang 60 bps. Oleh karena itu, lembaga seperti Nomura International Plc dan Morgan Stanley merekomendasikan posisi beli (long) terhadap euro.