iPhone terjual hampir 235 juta tahun lalu, menurut perkiraan perusahaan riset IDC. Samsung mencatata penjualan 226,6 juta, dan berada di posisi kedua. Produsen smartphone asal China, seperti Xiaomi Corp dengan 145,9 juta ponsel terjual.
“Pergeseran peringkat secara keseluruhan di puncak pasar semakin menyoroti intensitas persaingan di pasar smartphone,” kata Ryan Reith, wakil presiden grup IDC untuk Worldwide Mobility and Consumer Device Trackers.
iPhone dari Apple, yang menguasai seperlima dari pasar global unggul karena periode kuartal liburan. Apple dan Samsung mengalami fase penurunan penjualan, namun produk iPhone terbukti lebih baik untuk smartphone segmen premium.
iPhone menjalankan strategi penawaran agresif, ditambah potongan harga sekitar Rp1 juta untuk seri terbaru, iPhone 15 di China.
Apple berupaya mengembalikan tren penjualan di China, sebagai pasar terbesar internasionalnya di tengah dua halangan; meningkatnya popularitas Mate 60 Pro Huawei Technologies Co, juga larangan penggunaan ponsel asal luar negeri —termasuk iPhone— yang meluas oleh pemerintah. Keduanya menekan penjualan Apple yang berbasis di AS tersebut.
Seri Mate 60 Huawei menggunakan prosesor canggih buatan China dan berhasil memikat pengguna di China. Perusahaan berhasil merebut kembali sebagian pangsa pasar yang hilang dan mampu melepas ketergantungan dari sanksi AS, dengan merilis smartphone Mate 60 Pro.
Direktur riset IDC, Nabila Popal menjelaskan persaingan yang ketat dengan Huawei di China dan tantangan regulasi masih membuat Apple menduduki posisi puncak. Hal ini didorong oleh meningkatnya tren perangkat premium, yang sekarang mewakili lebih dari 20% pasar. Pola tukar tambah tanpa bunga dalam penawaran perangkat baru yang agresif, juga mendukung penjualan iPhone.
Reith menambahkan perangkat berbasis Android mengalami perubahan. Huawei dengan terobosan, serta OnePlus, Honor, Google juga merilis produk yang tak kalah kompetitif dengan harga terbaik di segmen atas.
(wep)