Gubernur The Fed Christopher Waller menyatakan, bank sentral AS perlu mengambil pendekatan yang sistematis dan berhati-hati perihal pivot bunga. Ia menyebut, penurunan bunga bisa ditempuh hanya bila ada tidak ada rebound atau kenaikan inflasi lagi.
"Selama inflasi tidak rebound dan tetap tinggi, saya yakin FOMC akan mampu menurunkan bunga. Ketika waktunya sudah tepat untuk memulai menurunkan bunga, saya percaya hal itu bisa dilakukan secara metodis dan berhati-hati," jelasnya.
Meski membuka potensi penurunan bunga, pernyataan Waller itu juga terlihat berlawanan dengan ekspektasi pasar yang sejauh ini memperkirakan enam kali pemangkasan bunga. "Dengan aktivitas ekonomi dan perkembangan pasar tenaga kerja, juga inflasi turun perlahan menuju 2%, saya tidak melihat ada alasan untuk menurunkan bunga secepat di masa lalu," jelasnya.
Pernyataan terakhir inilah yang membuat pasar bergejolak. Yield Treasury, surat utang AS, melonjak mengindikasikan tekanan jual dengan tenor acuan 10 tahun naik 13,2 basis poin ke 4,07%. Aksi jual melanda di pasar fixed income negara maju dan emerging market dengan indeks harga obligasi ditutup turun masing-masing 0,05% dan 0,49%. Bahkan Wall Street juga rontok dengan semua indeks terjebak di zona merah.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan hari ini. Dengan target kontraksi terdekat menuju Rp15.600-Rp15.640/US$ yang makin menjauhi MA-50. Level support selanjutnya berpotensi tertahan di Rp15.695/US$.
Adapun secara tren jangka pendek, rupiah berpotensi kembali membentuk tren lower low, dengan membentuk trendline channel di antara Rp15.540/US$, yang tercermin dari time frame daily dan menggaris chart dalam tren satu tahun ke belakang.
Apabila rupiah memberikan indikasi penguatan, resistance terdekat dapat menuju Rp15.525/US$, sementara range gerak rupiah dalam tren menguat di antara Rp15.500-Rp15.450/US$.
(rui)