Sepanjang 2023, Kementerian ESDM mencatat produksi batu bara nasional mencapai 775 juta ton. Capaian itu melebihi target produksi yang dipatok sebesar 695 juta ton.
Capaian tersebut merupakan rekor tertinggi produksi batu bara Tanah Air setidaknya dalam beberapa dekade terakhir. Dari capaian itu, sebanyak 213 juta ton di antaranya dipasok untuk kewajiban kebutuhan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO). Sisanya, yakni 518 juta ton diekspor ke luar negeri.
Sejak 2020, produksi batu bara RI juga tercatat terus meningkat. Pada 2020, ESDM mencatat produksi batu bara mencapai 564 juta ton dengan porsi ekspor sebanyak 405 juta ton dan pasar domestik 132 juta ton.
Sementara itu, produksi batu bara pada 2021 dan 2022 masing-masing berada di angka 614 juta ton dan 687 juta ton. Pada periode itu, porsi ekspor masing-masing sekitar 435 juta ton dan 465 juta ton, sedangkan domestik 133 juta ton dan 216 juta ton.
"Peningkatan permintaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri ini juga yang berpengaruh terhadap melonjaknya realisasi produksi," ujar Lana.
Di sisi lain, ESDM menargetkan produksi batu bara domestik 710 juta ton pada 2024 dengan alokasi wajib DMO ditargetkan mencapai 181,2 juta ton. Lana mengatakan prospek bisnis batu bara terbilang masih cukup menjanjikan, di tengah tren menurunnya harga batu hitam itu sejalan dengan transisi energi.
ESDM mencatat rerata harga jual batu bara pada 2021 berada di US$121,47 per ton. Kemudian, pada 2022 merangkak naik jadi US$276,58 per ton, sebelu, akhirnya turun lagi per Desember 2023 menjadi US$201,46 per ton.
"Dengan demikian, rata-rata harga jual batu bara masih cukup tinggi, sehingga dari badan usaha, walaupun tren harga menurun, tapi masih menguntungkan," ujar dia.
(ibn/ain)