Logo Bloomberg Technoz

IHSG menjadi sedikit dari sekian Bursa Asia yang menghijau sepanjang hari, Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), Shanghai Composite (China), serta IHSG (Indonesia) yang menguat masing-masing 0,78%, 0,27%, dan 0,26%.

Sementara Bursa Saham Asia lainnya kompak ada di zona merah i.a Hang Seng (Hong Kong), TW Weighted Index (Taiwan), Kospi (Korea Selatan), Topix (Jepang), Nikkei 225 (Tokyo), PSEI (Filipina), KLCI (Malaysia), Straits Times (Singapura), SETI (Thailand), dan Shenzhen Comp. (China), yang terpangkas masing-masing 2,16%, 1,14%, 1,12%, 0,82%, 0,79%, 0,65%, 0,48%, 0,45%, 0,38% dan 0,03%.

Salah satu sentimen yang mewarnai laju indeks Asia hari ini adalah datang dari pernyataan hawkish pejabat Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang mengindikasikan pemangkasan suku bunga acuan tidak akan terlalu terburu-buru.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Raphael Bostic yang menjabat sebagai Gubernur The Fed Atlanta, menyatakan, Bank Sentral mewaspadai adanya potensi inflasi AS bergerak fluktuatif secara tak terduga sehingga hal itu akan membuat peluang penurunan bunga secara terburu-buru menjadi terlalu berisiko. 

Inflasi AS pada Desember mencatat kenaikan 3,4% yang menguat dari 3,1% pada bulan sebelumnya. Menurut Bostic, meskipun tekanan inflasi sudah banyak berkurang ketimbang perkiraan tahun lalu, dia menilai disinflasi tahun ini akan melambat.

Hal yang sama juga datang dari anggota Dewan Gubernur ECB Robert Holzmann juga mengindikasikan bahwa pemotongan suku bunga acuan tahun ini tidak bisa dijamin mengingat masih adanya risiko inflasi dan geopolitik.

Adapun sentimen pernyataan tersebut senada dengan komentar sebelumnya dari Gubernur ECB Christine Lagarde yang memperingatkan bahwa terlalu dini untuk berbicara tentang pemangkasan biaya pinjaman.

Tekanan juga datang dari ketegangan yang terus meningkat di Laut Merah. Terbaru, Houthi menyerang kapal komersial milik AS dengan rudal balistik pada Senin, menggarisbawahi risiko yang dihadapi salah satu jalur perdagangan terpenting di dunia.

Pasukan AS dan Inggris membombardir target di Yaman selama beberapa hari terakhir setelah serangkaian serangan terhadap kapal komersial oleh Houthi, yang telah menargetkan kapal yang memiliki hubungan apa pun dengan Israel. Houthi mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dan Yahya Saree, juru bicara angkatan bersenjata Houthi, mengatakan dalam pernyataan yang disiarkan di televisi bahwa mereka akan menargetkan kapal dan kapal perang AS dan Inggris. Serangan akan terus berlanjut selama Israel melanjutkan serangannya di Gaza, katanya.

Terbaru, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI memperkirakan aktivitas ekonomi global pada 2024 masih akan menghadapi risiko dan ketidakpastian sehingga mempengaruhi perdagangan Indonesia. Hal ini tercermin pada proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global oleh berbagai lembaga internasional yang juga diikuti oleh moderasi harga komoditas. 

"Hal tersebut secara langsung akan memberi pengaruh terhadap aktivitas perdagangan Indonesia pada 2024," tutur Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu dalam keterangan tertulis, Selasa (16/1/2024).

Sebelumnya, menurut Bank Dunia dalam publikasi World Economic Prospect 2024 menilai, perekonomian global melambat dengan tingkat pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dekade-dekade sebelumnya.

Perlambatan ekonomi global yang semakin melambat tahun ini adalah akibat pemulihan pascapandemi yang terbebani oleh tingginya suku bunga, kelesuan perdagangan global, dan ketegangan geopolitik yang akan memberikan dampak paling parah bagi negara-negara berkembang.

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan global melambat pada tahun 2024 untuk tahun ketiga berturut-turut menjadi 2,4% – turun dari 2,6% tahun lalu dan tidak berubah dari perkiraan bulan Juni – sebelum naik menjadi 2,7% pada tahun 2025, direvisi turun 0,3 poin persentase. Angka tersebut dibandingkan dengan rata-rata 3,1% pada tahun 2010-an.

Pertumbuhan global pada tahun 2020-2024 diperkirakan akan mencapai 2,2%, terendah dalam periode lima tahun sejak 2,1% pada tahun 1990-1994, menurut perkiraan Bank Dunia.

(fad/wep)

No more pages