Perusahaan juga berhasil memangkas beban promosi, dengan terjadi efisiensi 71% menjadi hanya Rp82,57 miliar. Sementara pada beban-beban lainnya stagnan di angka Rp1,12 triliun.
Bank Neo Commerce masih menderita sejumlah beban yang membengkak. Seperti beban bunga yang meningkat 36% menjadi Rp872,1 miliar. Kemudian beban tenaga kerja yang naik 28% menjadi Rp284,17 miliar. Serta terdapat beban (pemulihan) kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) mencapai Rp2,41 triliun.
Dengan demikian, BBYB menderita rugi operasional mencapai Rp541,61 miliar, terpangkas dari sebelumnya Rp585,17 miliar.
Dalam tiga bulan berturut-turut, bank yang berafiliasi dengan Akulaku Silvrr Indonesia ini betah menghasilkan kinerja yang negatif, di mana pada November 2023, merugi Rp540,44 miliar, pada Oktober 2023 merugi Rp548,49 miliar, serta pada Agustus 2023 rugi bersih Rp528,62 miliar.
Di samping itu, sampai dengan November 2023, total kas Bank Neo Commerce tercatat drop mencapai 38% menjadi hanya Rp9,22 miliar. Atas dasar itu, total aset Perusahaan menyusut ke angka Rp18,29 triliun.
Kerugian yang terjadi sepanjang sebelas bulan di tahun 2023 ini menaikan akumulasi defisit ekuitas pada pencatatan kerugian menjadi Rp2,28 triliun, dibandingkan dengan sebelumnya Rp1,54 triliun. Ekuitas Bank Neo Commerce tercatat Rp3,33 triliun dengan liabilitas Rp14,95 triliun, dari sebelumnya yang sempat menyentuh Rp3,69 triliun dan Rp14,73 triliun.
Saham BBYB pada perdagangan Selasa (16/1/2024) bergerak di teritori negatif, searah dengan kinerjanya ke posisi Rp356/saham, melemah 24 poin (6,32%) dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
(fad/dba)