Masalah ini masuk ke dalam agenda Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, dengan Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, bergabung dengan pejabat kesehatan lainnya untuk membahasnya.
2. Apa tujuan dari mempelajari Penyakit X?
Seperti yang disampaikan oleh WHO, tujuannya adalah untuk "memungkinkan kesiapan penelitian dan pengembangan yang melintasi berbagai bidang yang juga relevan" untuk penyakit yang tidak diketahui.
Krisis kemanusiaan yang dipicu oleh wabah Ebola di Afrika Barat pada tahun 2014–2016 menjadi peringatan. Meskipun sudah berpuluh-puluh tahun melakukan penelitian, tidak ada obat yang siap untuk diterapkan tepat waktu untuk menyelamatkan lebih dari 11.000 nyawa. Sebagai tanggapan, WHO membuat R&D Blueprint untuk mempercepat pengembangan berbagai alat untuk "penyakit-penyakit prioritas."
Daftar saat ini meliputi:
- Covid-19,
- Demam berdarah Krim-Kongo,
- Penyakit virus Ebola dan penyakit virus Marburg,
- Demam Lassa,
- Sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) dan SARS,
- Penyakit Nipah dan penyakit henipavirus,
- Demam Lembah Rift,
- Zika,
- Penyakit X
3. Bagaimana progres penelitian untuk pandemi berikutnya?
Dibutuhkan hanya 326 hari sejak pelepasan urutan genetik virus SARS-CoV-2 hingga diizinkannya vaksin Covid pertama, berkat sebagian pekerjaan yang dilakukan sejak tahun 2017 sebagai persiapan untuk Penyakit X. Saat ini, kelompok seperti Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi, atau CEPI, mendukung platform vaksin tanggap cepat yang dapat mengembangkan imunisasi baru dalam waktu 100 hari setelah munculnya virus dengan potensi pandemik.
Upaya lain yang sedang dilakukan meliputi:
- Pembaruan Peraturan Kesehatan Internasional dan pengembangan perjanjian global baru untuk melindungi dunia dari darurat di masa depan.
- Dana baru, yang disetujui oleh Bank Dunia, untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan tanggapan terhadap pandemi.
- WHO Hub untuk Intelijen Pandemi dan Epidemi di Berlin yang bertujuan untuk mempercepat akses ke data kunci, serta mengembangkan alat analisis dan model prediktif untuk menilai ancaman potensial.
- Proyek Virome Global yang bertujuan untuk menemukan ancaman virus zoonotik dan mencegah pandemi di masa depan.
- Inisiatif pemerintah AS senilai US$5 miliar (Rp77 triliun) untuk mengembangkan vaksin dan pengobatan generasi berikutnya untuk Covid-19, yang disebut Project NextGen.
- US$262,5 juta pendanaan untuk jaringan nasional AS dalam mendeteksi dan merespons lebih efisien terhadap darurat kesehatan masyarakat.
- Pembentukan pusat global untuk terapi pandemi.
- Namun, masih ada banyak tantangan yang dapat mengancam usaha-usaha ini, termasuk sistem kesehatan yang terdepleksi dan melemah, meningkatnya gerakan anti-sains yang meningkatkan keengganan vaksin, dan potensi pemerintah untuk akhirnya menurunkan prioritas pendanaan untuk deteksi dan kesiapsiagaan wabah ketika risiko yang dirasakan menghilang.
(bbn)