Pasar memperkirakan sekitar enam kali pemotongan, sementara ekonom yang disurvei oleh Bloomberg melihat empat kali penurunan sebanyak 25 basis poin sebagai skenario yang lebih realistis.
Ketidakpastian pasar juga datang dari ketegangan di Laut Merah. Terbaru, Houthi menyerang kapal komersial milik Amerika Serikat dengan rudal balistik pada Senin, menggarisbawahi risiko yang dihadapi salah satu jalur perdagangan terpenting di dunia. West Texas Intermediate, harga minyak AS turun 0,3%, sementara Brent, acuan internasional turun 0,2% pada Senin, seperti yang diwartakan oleh Bloomberg News.
Dari regional, Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, Bank Sentral China (People's Bank of China/PBOC) mengejutkan pasar dengan menahan penurunan suku bunga acuan meskipun data ekonomi negara itu yang akan terbit minggu ini diprediksi akan memperlihatkan pemulihan ekonomi yang masih rentan.
“Langkah yang diambil oleh PBOC ini dimotivasi oleh kekhawatiran mengenai volatilitas mata uang Yuan dan ketidakpastian mengenai pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed),” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Sementara itu, dari sisi geopolitik, investor tidak bereaksi berlebihan dalam merespon hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) di Taiwan di mana Democratic Progressive Party (DPP), sebuah Partai Politik yang Pro Kemerdekaan kembali memperoleh kemenangan selama tiga Pilpres beruntun dan memperpanjang status-quo.
Lai Ching-te, Wakil Presiden incumbent muncul sebagai pemenang dengan perolehan suara lebih dari 40%.
Hari ini, Bank Indonesia mulai menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG-BI) untuk menentukan kebijakan moneter Januari. Konsensus pasar memperkirakan Bank Sentral akan mempertahankan BI-Rate di posisi saat ini 6%, di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi dan pelemahan daya beli masyarakat buntut dari pengetatan moneter sejak Agustus 2022.
(fad)