Namun, seperti alat AI lainnya, tidak jelas apakah manfaatnya akan lebih besar daripada kerugiannya.
Teknologi ini dapat membantu orang yang terluka untuk menulis tanpa memegang pena, tetapi juga berisiko membuka pintu bagi pemalsuan massal dan penyalahgunaan. Dua peneliti dalam sebuah wawancara mengatakan alat ini perlu digunakan dengan bijaksana.
"Kita harus menciptakan kesadaran publik dan mengembangkan alat untuk memerangi pemalsuan," kata Hisham Cholakkal, asisten profesor visi komputer di MBZUAI. "Ini seperti mengembangkan anti-virus untuk virus."
Terlepas dari kekhawatiran tersebut, para penemu mengatakan mereka berencana menerapkan penelitian mereka ke aplikasi dunia nyata dalam beberapa bulan — dan mereka mencari kolaborator komersial.
"Dari menguraikan tulisan tangan dokter hingga menyusun iklan yang dipersonalisasi, potensi pengembangan ini sangat besar," kata Rao Muhammad Anwer, juga asisten profesor visi komputer di MBZUAI.
Teknologi ini juga dapat digunakan untuk menghasilkan sejumlah besar data sintetis untuk meningkatkan cara model AI lain memproses tulisan tangan.
Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Model transformer milik para peneliti, yang dilatih dari teks tulisan tangan yang tersedia untuk umum, dapat belajar dan menulis dalam bahasa Inggris dan, dengan beberapa keberhasilan, dalam bahasa Prancis. Tetapi tim mengatakan mereka masih mencoba memecahkan teks tulisan tangan dalam bahasa Arab.
(bbn)