Secara kuartalan, sektor makanan dan minuman diperkirakan hanya akan tumbuh 2,7% pada kuartal IV-2023 lalu, itu akan menjadi pertumbuhan kuartalan terendah sejak kuartal 1-2021 ketika pandemi Covid-19 tengah ganas-ganasnya.
Gula menjadi salah satu komoditas yang mencatat kenaikan harga luar biasa selama tahun lalu bersama beras, naik hingga 55,5% di pasar internasional, di tengah pembatasan ekspor yang dilakukan negara-negara penghasil menyusul seretnya pasokan karena gagal panen, buntut fenomena iklim El Nino.
Meski kini harga gula sudah lebih landai setelah menyentuh level tertinggi pada November lalu, tapi kisaran harganya masih lebih tinggi ketimbang rata-rata setahun. Kontrak gula putih untuk pengiriman Maret di ICE Futures Eropa per 12 Januari lalu masih di US$618,2 per metrik ton.
Lonjakan harga gula di pasar global berimbas tidak kecil pada banderol gula di pasar dalam negeri. Mengacu pada Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Bank Indonesia, Senin (15/1/2024), harga gula pasir premium di pasar tradisional sudah menembus Rp18.100/kilogram (kg).
Sedangkan harga gula pasir lokal di kisaran Rp17.500/kg. Di pasar modern, harga gula lebih landai di mana jenis premium dibanderol Rp16.750/kg dan gula pasir lokal di pasar modern dihargai Rp16.500/kg. Akibat mahalnya harga gula, di beberapa supermarket membatasi pembelian di mana konsumen hanya boleh membeli gula maksimal 2 kilogram.
Untuk mengantisipasi kebutuhan tahun ini, pemerintah telah mengeluarkan izin impor gula putih sebesar 708.609 ton untuk konsumsi rumah tangga. Sedangkan untuk kebutuhan industri, kuota impor gula pasir tahun ini ditetapkan di kisaran 4,77 juta ton sehingga total kuota impor gula tahun ini ditetapkan di kisaran 5,4 juta ton.
Pasokan gula tahun ini masih dibayangi oleh keketatan akibat El Nino dan pembatasan ekspor negara-negara penghasil. Indonesia selama ini banyak mengimpor gula dari India dan Thailand di mana pada Desember lalu nilai impor gula dari Negeri Gajah Putih sebesar US$1,25 juta.
Harga gula yang masih mahal bisa mempengaruhi harga jual makanan dan minuman terutama yang membutuhkan komoditas ini sebagai salah satu bahan baku. Pada saat yang sama, industri makanan dan minuman Indonesia juga dibayangi kenaikan impor cukai minuman berpemanis dalam kemasan yang dapat mengerek harga jual.
Seperti telah ditetapkan, pada 2024 ini, pemerintah menerapkan cukai untuk minuman berpemanis dalam kemasan untuk mengendalikan konsumsi gula masyarakat.
Tarif cukai minuman berpemanis misalnya untuk teh kemasan, hingga minuman penambah energi (energy drink), kopi kemasan dan lain-lain direncanakan di kisaran Rp1.500-Rp2.500 per liter. Kenaikan itu sudah diusulkan sejak 2020 dan diperkirakan bisa mengerek harga produk terkait hingga 50%, menurut GAPMMI (Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia) seperti dikutip media lokal.
Kenaikan harga di tengah daya beli yang sudah lesu akan menjadi pukulan ganda yang bisa menyeret kinerja penjualan eceran semakin dalam. Berdasarkan hasil survei penjualan eceran terakhir yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, penjualan eceran dalam tiga hingga enam bulan ke depan, yaitu pada Februari dan Mei 2024, diperkirakan menurun.
Indeks Ekspektasi Penjualan pada Februari 2024 turun tajam yaitu dari 139,1 pada Oktober, menjadi 115,1 pada November. Indeks ini mengukur perkiraan responden terhadap kinerja penjualan eceran tiga bulan nanti di mana itu bertepatan dengan jadwal Pemilu dan Pilpres 2024. Sementara itu, Indeks Ekspektasi Penjualan 6 bulan ke depan yakni pada Mei 2024 juga turun ke posisi 132,7 dari posisi 146,1 pada bulan Oktober.
(rui/aji)