Pundi-pundi kekayaan Low Tuck Kwong yang menguat tersebut merupakan efek positif dari kenaikan harga komoditas batu bara di awal tahun 2024 yang menggerakan harga saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
Di awal tahun 2024 kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle sempat melonjak 6,18% secara point-to-point, yang menjadikan harga si batu hitam resmi naik 5 hari beruntun, dan menjadi yang tertinggi sejak 29 Desember atau 2 minggu.
Terbaru, harga batu bara naik tipis pada perdagangan pekan lalu. Pada Jumat (12/1/2024), harga batu bara di pasar ICE Newcastle ditutup di US$130,85/ton. Menguat 0,08% dibandingkan hari sebelumnya.
Adapun sampai dengan penutupan perdagangan Sesi I Senin (15/1/2024) hari ini, harga saham emiten batu bara BYAN terbang 3,95% secara point-to-point ke posisi Rp19.750/saham.
Sebagai gambaran, Low Tuck Kwong merupakan pemilik perusahaan BYAN, yang merupakan produsen dan pertambangan batu bara salah satu terbesar di Indonesia. Data Bloomberg menunjukan, Low Tuck Kwong menggenggam 20.352.515.570 saham atau setara dengan 61,06% saham BYAN.
Di lain sisi, sejak awal tahun 2024 dan satu bulan ini, kekayaan Prajogo Pangestu memang terus menyusut.
Menurunnya kekayaan Prajogo Pangestu sejalan dengan semakin jatuhnya sejumlah harga saham yang digenggam Prajogo sebagai sumber cuannya, yaitu saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT), saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), dan juga saham PT Gozco Plantations Tbk (GZCO).
Berdasarkan data Bloomberg, harga saham BREN ambles 42,84%. Kemudian saham BRPT juga jatuh 40,35%, sama halnya dengan saham TPIA yang jeblos 28,15%. Serta saham GZCO yang drop 26,62% point-to-point.
Berikut daftar 6 orang terkaya di Indonesia berdasarkan data Bloomberg Billionaires (Rich) Index per 12 Januari 2024
- Low Tuck Kwong - US$27,9 miliar (Rp434,09 triliun)
- Prajogo Pangestu - US$23,6 miliar (Rp367,19 triliun)
- Budi Hartono - US$23,5 miliar (Rp365,63 triliun)
- Michael Hartono - US$22,3 miliar (Rp346,96 triliun)
- Anthoni Salim - US$10,4 miliar (Rp161,81 triliun)
- Sri Prakash Lohia - US$7,5 miliar (Rp116,69 triliun)
(fad)