Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia secara kumulatif sepanjang 2023 membukukan surplus US$36,93 miliar.
Adapun surplus neraca perdagangan RI tahun 2023 lebih rendah ketimbang tahun 2022 yang kala itu mencapai US$54,46 miliar, yang merupakan surplus tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.
Pada saat yang sama, BPS juga mengumumkan nilai impor Indonesia bulan Desember, sejumlah US$19,11 miliar. Turun 3,81% dibandingkan Desember 2022, serta lebih lemah dibandingkan November yang menguat 3,29% yoy.
Sementara itu, nilai ekspor pada Desember tercatat US$22,41 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$3,3 miliar.
Ini menjadikan pencapaian surplus selama 44 bulan berturut-turut tanpa putus. Kali terakhir Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan adalah pada April 2020 silam.
Tercatat ada penguatan 241 saham dan sebanyak 240 saham terjadi pelemahan. Sedangkan terdapat 264 saham stagnan.
Sektoral saham konsumen non primer, dan saham keuangan menjadi pemberat laju IHSG dengan terkoreksi 0,42% dan 0,39%, disusul oleh pelemahan pada saham kesehatan dengan drop 0,26%.
Sejumlah saham-saham sektor konsumen non primer yang menjadi pendorong pelemahan IHSG ialah, PT Hotel Sahid Jaya International Tbk (SHID) yang anjlok 25%, saham PT Samcro Hyosung Adilestari Tbk (ACRO) yang terkoreksi 11,3% dan saham PT Isra Presisi Indonesia Tbk (ISAP) turun 9,1%.
Senada, saham keuangan juga anjlok dan jadi pemberat, PT Bank Mayapada Tbk (MAYA) drop 12,4%, PT Fuji Finance Indonesia Tbk (FUJI) melemah 7,86%. PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) terkontraksi 6,1%.
Kinerja bursa di Asia siang hari ini juga bergerak mixed. Indeks Nikkei 225 menguat 0,86%, indeks Shanghai terapresiasi 0,29%, indeks Strait Times Singapore menghijau 0,25%, indeks Hang Seng Hong Kong drop 0,29%, dan indeks Kospi minus 0,23%.
(fad)