Logo Bloomberg Technoz

INSG mencatat, permintaan nikel global telah mencapai sebesar 2,95 juta MT pada 2022, lalu sebanyak 3,19 juta MT pada 2023 dan diperkiraan mencapai 3,47 juta MT pada 2024.

"Oleh karena itu, saldo pasar implisit adalah surplus 104 ribu MT pada 2022, 223 tibu MT pada 2023 dan 239 ribu MT pada 2024," tulis INSG dalam siaran resminya, dikutip Senin (15/1/2024).

Potensi tak terserapnya nikel itu, kata INSG, juga diperkirakan imbas dari pelemahan ekonomi global, sejalan dengan pengetatan kebijakan moneter dan penurunan suku bunga dalam upaya menekan inflasi.

Daftar produsen nikel. (Sumber: Bloomberg)

Anjloknya harga sejumlah komoditas mineral logam yang paling dicari untuk transisi energi memang di wanti-wanti akan mendatangkan malapetaka di dunia pertambangan akibat persediaan yang menumpuk berlebihan dipicu kekhawatiran akan defisit pasokan.

Selain nikel, Litium – logam ultraringan untuk membuat baterai kendaraan listrik – telah anjlok lebih dari 80% dari rekor tertingginya pada akhir 2022.

Kobalt telah kehilangan dua pertiga nilainya sejak puncaknya pada 2022 lalu. Indeks enam logam lain di LME juga telah turun lebih dari 5% pada 2023 lalu, dan bersiap untuk penurunan tahunan kedua di 2024 ini.

“Tidak ada yang ajaib tentang pasar bahan baku kendaraan listrik seperti litium dan kobalt: ketika harganya jatuh, proyek dan pasokan terhenti – sama seperti pasar komoditas lainnya,” kata Tom Price, kepala strategi komoditas di Liberum Capital, mengutip Bloomberg News.

(ibn/roy)

No more pages