Minggu lalu Solar Dynamics Observatory menyatakan terjadi peningkatan aktivitas jilatan api di matahari yang dapat memicu badai matahari, dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan dalam satu kejadian dampaknya penutupan stasiun radio di kawasan kutub selama tiga hari.
Aktivitas kekuatan matahari ini kemungkinan akan mencapai titik maksimal pada tahun 2024 hingga 2025, berdasarkan keterangan National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA).
Terdapat 11 titik matahari yang terekam di permukaan matahari dan masuk dalam jilatan api skala C kecil. Meski demikian titik matahari AR3546 yang diamati jadi paling tidak stabil. Hal tersebut menimbulkan ancaman besar dan paling signifikan, dilansir dari SpaceWeather.
Saat ini matahari diprediksi menjadi yang teraktif dalam dua puluh tahun terakhir hingga terganggunya jaringan satelit, kata anggota NOAA Space Weather Prediction Center, Mark Miesch.
Meski demikian fenomena alam ini menimbulkan munculnya aurora di langit. Jika proyeksi tahun ini akan terjadi tahun 2024 maka aurora akan terus tampak di wilayah Texas, hingga Australia.
Efeknya lebih dari setengah pesawat ruang angkasa yang mengorbit di Bumi akan terganggu. Bahkan jika terdapat satelit yang rusak, kemungkinan besar tidak dapat diperbaiki kembali. Pada akhirnya menimbulkan persoalan komunikasi maskapai penerbangan dan kelompok peneliti di Antartika.
Terlepas dari hal tersebut, aktivitas matahari terekam sebagai siklus 11 tahunan dengan periode klimaks aktivitas pada Januari hingga Oktober tahun 2024, bahkan mungkin bisa molor hingga 2025, atau berpeluang lebih panjang sat tahun, ungkap NOAA Space Weather Prediction Center.
(fik/wep)