Perusahaan mengambil tindakan ekstrim tahun lalu untuk meyakinkan investor tentang kemampuannya menghasilkan laba. Cara yang ditempuh adalah PHK ribuan pekerjaan, membekukan gaji, dan memangkas lebih dari US$ 700 juta dari penjualan triwulanan dan biaya pemasarannya.
Sea juga membuat perubahan besar dalam pembelanjaan untuk ekspansi global, menutup operasi di India dan beberapa pasar Eropa, juga Amerika Latin dalam upaya memangkas biaya dan mencapai arus kas positif.
“Sementara sebagian besar investor dan analis memperkirakan kerugian keseluruhan dapat dipersempit dengan margin yang besar, kami melihat perubahan signifikan terhadap laba bersih dan keuntungan EBITDA pada kuartal IV-2022 sebagai kejutan besar,” tulis Alicia Yap, analis Citigroup Inc., dalam laporan penelitiannya.
Kinerja laba bersih Sea diikuti oleh serangkaian kenaikan pendapatan. Pendapatan kuartal IV dari Shopee, unit e-commerce Sea, naik 32% menjadi sekitar US$ 2,1 miliar. Penjualan unit game mereka, Garena merosot. Sementara pendapatan dari SeaMoney, bisnis layanan keuangan digital mereka naik hampir dua kali lipat.
"Mengingat ketidakpastian makro dan pivot kami baru-baru ini, kami memantau dengan cermat lingkungan pasar dan kami akan terus menyesuaikan langkah dan menyempurnakan operasi," kata CEO Sea, Forrest Li dalam sebuah pernyataan.
Para investor Sea telah mengalami salah satu tahun paling brutal sejak perusahaan didirikan pada 2009. Raksasa game dan e-commerce ini kehilangan sekitar US$ 166 miliar dari valuasinya sejak puncaknya pada Oktober 2021 di tengah meningkatnya inflasi dan kekhawatiran tentang potensi resesi. Pendapatan juga tumbuh pada laju paling lambat sejak 2017 pada kuartal terakhir tahun lalu.
Salah satu upaya Sea untuk menghemat biaya adalah potensi penghapusan unit Phoenix Labs-nya yang diakuisisi dengan nilai lebih dari US$ 150 juta pada 2020.
Lonjakan saham Sea mendorong valuasi pasarnya menjadi sekitar US$ 45 miliar, meskipun itu jauh dari puncaknya yang lebih dari US$ 200 miliar pada Oktober 2021.
(bbn)