Logo Bloomberg Technoz

Inflasi AS diperkirakan akan bergerak di kisaran 2,5% pada akhir 2024 dan baru terkerek ke target The Fed 2% pada 2025 nanti. Ketegangan terakhir di Terusan Kanal yang mempengaruhi lalu lintas logistik dunia perlu diwaspadai karena hal itu telah menaikkan biaya pengapalan 150% dari Timur Jauh ke Eropa bulan lalu.

Komentar Bostic ini memberi angin bagi the greenback yang kembali menguat pagi ini di Asia dan akan membatasi potensi penguatan mata uang yang menjadi lawannya, termasuk rupiah.

Sementara siang nanti Badan Pusat Statistik akan mengumumkan data neraca dagang Desember. Ekspor Indonesia diperkirakan kembali terkontraksi (tumbuh negatif) Desember. Namun neraca perdagangan berpotensi masih surplus, yang akan membuatnya bertahan selama 44 bulan beruntun.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan kinerja perdagangan internasional Indonesia pada 15 Januari, awal pekan depan. Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg menghasilkan angka proyeksi pertumbuhan ekspor pada Desember sebesar -8,31% year-on-year (yoy). Sedikit membaik ketimbang bulan sebelumnya yang turun 8,56% yoy.

Pekan lalu, rupiah tergerus 0,22% akibat tekanan sentimen global yang memicu arus keluar modal asing. 

Laporan Bank Indonesia pekan lalu, pemodal nonresiden mencatat posisi jual bersih di pasar keuangan Indonesia sebesar Rp1,61 triliun selama periode 8-11 Januari lalu.

Investor asing banyak melepas kepemilikan di Surat Berharga Negara (SBN) dengan posisi jual Rp3,21 triliun dan Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp480 miliar. Sementara di pasar saham pemodal asing mencatat posisi beli bersih Rp2,08 triliun.

Alhasil, sepanjang tahun ini hingga 11 Januari lalu, posisi beli bersih asing di SBN tercatat sebesar Rp3,11 triliun, lalu di pasar saham mencetak posisi beli neto Rp5,96 triliun dan Rp7,22 triliun di SRBI. 

(rui)

No more pages