Pejabat The Fed yang memiliki hak suara dalam rapat tahun ini, Raphael Bostic yang menjabat sebagai Presiden The Fed Atlanta, menyatakan, bank sentral mewaspadai adanya potensi inflasi AS bergerak fluktuatif secara tak terduga sehingga hal itu akan membuat peluang penurunan bunga secara terburu-buru menjadi terlalu berisiko.
Inflasi AS pada Desember mencatat 3,4%, naik dari 3,1% pada bulan sebelumnya. Menurut Bostic, meskipun tekanan inflasi sudah banyak berkurang ketimbang perkiraan tahun lalu, dia menilai disinflasi tahun ini akan melambat.
Inflasi diperkirakan akan bergerak di kisaran 2,5% pada akhir 2024 dan baru terkerek ke target The Fed 2% pada 2025 nanti. Ketegangan terakhir di Terusan Suez yang mempengaruhi lalu lintas logistik dunia perlu diwaspadai karena hal itu telah menaikkan biaya pengapalan 150% dari Timur Jauh ke Eropa bulan lalu.
Komentar Bostic ini memberi angin bagi the greenback yang kembali menguat pagi ini di Asia dan akan membatasi potensi penguatan mata uang yang menjadi lawannya, termasuk rupiah.
Pekan lalu, rupiah tergerus 0,22% akibat tekanan sentimen global yang memicu arus keluar modal asing.
Laporan Bank Indonesia pekan lalu, pemodal nonresiden mencatat posisi jual bersih di pasar keuangan Indonesia sebesar Rp1,61 triliun selama periode 8-11 Januari lalu.
Investor asing banyak melepas kepemilikan di Surat Berharga Negara (SBN) dengan posisi jual Rp3,21 triliun dan Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp480 miliar. Sementara di pasar saham pemodal asing mencatat posisi beli bersih Rp2,08 triliun.
Alhasil, sepanjang tahun ini hingga 11 Januari lalu, posisi beli bersih asing di SBN tercatat sebesar Rp3,11 triliun, lalu di pasar saham mencetak posisi beli neto Rp5,96 triliun dan Rp7,22 triliun di SRBI.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpeluang menguat di kisaran sempit, setelah kemarin kontraksinya mulai sedikit mereda jelang penutupan perdagangan.
Rupiah berpeluang menguat ke resistance terdekat pada level Rp15.533/US$ pada MA-100, resistance potensial selanjutnya menuju Rp15.500/US$ dan terdapat Rp15.435/US$ sebagai level optimis penguatan rupiah dalam tren jangka menengah dan time frame harian.
Sebaliknya, bila rupiah gagal mencuri peluang penguatan teknikal hari ini, mata uang Indonesia terlihat memiliki level support psikologis di Rp15.590/US$ dan Rp15.600/US$.
Apabila level ini berhasil tembus, maka mengkonfirmasi laju support selanjutnya pada level Rp15.650/US$ yang makin menjauhi MA-50.
(rui)