Georgieva mengatakan peningkatan produktivitas dari pekerja dan perusahaan berpenghasilan tinggi akan meningkatkan pengembalian modal, sehingga memperlebar kesenjangan kekayaan.
Dia menekankan bahwa negara-negara harus menyediakan "jaring pengaman sosial yang komprehensif" dan program pelatihan ulang bagi pekerja yang rentan.
Meskipun ada potensi AI untuk sepenuhnya menggantikan beberapa pekerjaan, analisis tersebut mengatakan skenario yang lebih mungkin adalah AI akan melengkapi pekerjaan manusia.
Sekitar 60% lapangan kerja di negara-negara maju mungkin terkena dampaknya, lebih banyak dibandingkan negara-negara berkembang dan berpendapatan rendah.
Pendapat Georgieva tentang kecerdasan buatan bertepatan dengan pertemuan para pemimpin bisnis dan politik global di Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) di Davos, Swiss, di mana AI menjadi topik diskusi.
Perusahaan-perusahaan telah banyak berinvestasi pada teknologi yang sedang berkembang ini, yang terkadang memicu kekhawatiran di kalangan karyawan tentang masa depan peran mereka.
Salah satu contohnya adalah Buzzfeed Inc, yang mengumumkan rencana menggunakan AI untuk membantu pembuatan konten dan menutup departemen berita utamanya, sehingga menyebabkan lebih dari 100 staf kehilangan pekerjaan.
Uni Eropa mencapai kesepakatan tentatif pada bulan Desember tentang undang-undang yang mengatur perlindungan AI, sementara AS masih mempertimbangkan langkah regulasi federalnya.
(bbn)