Dengan menguji coba rudal balistik, Kim dapat menunjukkan kepada para petinggi dan rakyat Korea Utara bahwa persenjataan nuklir negara mereka membuat kemajuan besar dalam kemampuan menyerang AS. Propaganda pemerintah akan memperkuat pesan bahwa perluasan nuklir penting untuk mencegah invasi dari pasukan Amerika.
Uji coba terakhir Korea Utara yang sukses terjadi pada 18 Desember, ketika mereka menembakkan rudal balistik antarbenua yang dirancang untuk menyerang daratan AS. Rudal itu terbang dengan lintasan menukik tinggi dan jatuh di barat pulau Hokkaido, Jepang.
Peluncuran terbaru ini menambah tekanan yang diberikan Kim kepada pemerintah Presiden Korea Selatan yang konservatif, Yoon Suk Yeol. Tekanan tersebut termasuk latihan tembakan langsung di dekat batas laut yang pernah menjadi tempat konfrontasi mematikan. Kim juga mengatakan bahwa Korea Utara seharusnya "tidak lagi membuat kesalahan" dengan menganggap Seoul sebagai mitra reunifikasi.
Badan intelijen Korea Selatan dalam pernyataan publik yang langka pada akhir Desember mengatakan bahwa mereka memperkirakan Korea Utara akan meluncurkan provokasi militer dan dunia maya karena rezim Kim bertujuan menarik perhatian sebelum pemilu Korea Selatan. Partai People Power pimpinan Yoon berusaha merebut mayoritas kursi di badan legislatif dari blok progresif yang dipimpin oleh Partai Demokrat pada bulan April.
Korea Utara memiliki kebiasaan melakukan provokasi bertepatan dengan pemungutan suara, terutama sebagai upaya untuk menyerang politisi konservatif seperti Yoon yang mengambil sikap tegas terhadap Pyongyang. Korut bahkan menyebut Yoon sebagai "boneka pengkhianat" dan mengancam mengubah Samudra Pasifik menjadi tempat latihan tembak sebagai tanggapan atas meningkatnya kerja sama militer antara AS, Korea Selatan, dan Jepang.
Peluncuran rudal pada hari Minggu terjadi tepat sebelum pengumuman Korea Utara bahwa mereka akan mengirim Menteri Luar Negeri Choe Son Hui dalam perjalanan ke Rusia dari Senin hingga Rabu.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov sebelumnya telah mengunjungi Pyongyang pada Oktober dalam kunjungan pertamanya dalam sekitar lima tahun. Kunjungannya diduga untuk membuka jalan bagi kunjungan Presiden Vladimir Putin setelah ia menerima undangan dari Kim untuk melakukan perjalanan ke negara Asia yang terisolasi tersebut ketika keduanya bertemu untuk sebuah KTT di Rusia pada September.
Perjalanan Lavrov adalah bagian dari serangkaian pertemuan tingkat tinggi antara negara tetangga yang dimulai pada Juli 2023 ketika Menteri Pertahanan Sergei Shoigu melakukan perjalanan ke Pyongyang untuk peringatan berakhirnya Perang Korea pada tahun 1953. AS dan Korea Selatan telah selama berbulan-bulan menuduh Kim menyediakan senjata dan amunisi untuk membantu perang Putin di Ukraina, termasuk mengirim peluru dan rudal balistik. Pyongyang dan Moskow telah membantah tuduhan tersebut.
Menteri Pertahanan Korea Selatan mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Yonhap News minggu lalu bahwa Korea Utara mungkin meningkatkan kerja sama militernya dengan Rusia lebih jauh dengan mengirimkan jenis baru rudal berpemandu taktis kepada Moskow. Dia menambahkan bahwa Pyongyang mungkin akan segera melakukan uji coba baru terhadap rudal mereka sendiri yang dirancang untuk melancarkan serangan nuklir.
Senjata-senjata yang diduga dikirim ke Rusia dapat membantu Kremlin membombardir Ukraina. Sementara penjualan tersebut dapat memberikan Korut aliran pendapatan baru untuk perekonomian yang terisolasi dari sebagian besar perdagangan dunia.
Kim telah mengabaikan seruan AS untuk kembali ke perundingan perlucutan senjata nuklir yang terhenti lama, di mana Pyongyang bisa mendapatkan bantuan ekonomi sebagai imbalan perlucutan senjata. Sementara itu, dia sibuk memodernisasi persenjataan rudal dan melakukan uji coba sistem untuk menyerang Korea Selatan dan Jepang, yang menampung sebagian besar personel militer AS di wilayah tersebut.
Pyongyang menembakkan 30 rudal balistik dan tiga roket ruang angkasa pada tahun 2023. Ini termasuk lima rudal balistik antarbenua yang dapat mencapai daratan AS. Rezim Kim meluncurkan lebih dari 70 rudal balistik pada tahun 2022, rekor bagi negara tersebut.
(bbn)