Jika X-59 berhasil dan kemudian diterapkan pada penerbangan komersial, waktu penerbangan dapat dikurangi secara drastis. Lockheed mengatakan bahwa pesawat ini akan mencapai kecepatan 925 mph (1.489 kpj), jauh melampaui jet penumpang lorong tunggal saat ini yang memiliki kecepatan tertinggi sekitar 550 mph.
Selain mengatasi ledakan sonik, industri ini juga harus berurusan dengan peraturan kebisingan yang lebih ketat di bandara dibandingkan ketika Concorde buatan Eropa berhenti melakukan penerbangan supersonik pada 2003. Ada juga pengawasan yang lebih ketat terhadap dampak emisi pesawat terbang terhadap lingkungan.
Bentuk pesawat setinggi hampir 100 kaki (30 meter), yang memiliki kokpit tanpa kaca yang menghadap ke depan, dirancang untuk menyebarkan gelombang kejut yang berasal dari pesawat supersonik dan kemudian bergabung untuk menciptakan suara petir yang dikenal sebagai sonic boom. Pilot melihat melalui kamera beresolusi tinggi yang mengirimkan gambar ke monitor, salah satu dari sekian banyak inovasi yang akan membantu memajukan desain pesawat komersial.
"Sistem penglihatan eksternal memiliki potensi untuk memengaruhi desain pesawat masa depan, di mana ketiadaan jendela yang menghadap ke depan mungkin terbukti menguntungkan untuk alasan teknik, seperti yang terjadi pada kami," kata Melroy.
Menjawab pertanyaan dari Bloomberg, insinyur NASA Mark Mangelsdorf mengatakan, pesawat ini belum siap untuk terbang dan akan menjalani lebih banyak uji coba di darat untuk menentukan apakah ada penyesuaian perakitan lebih lanjut yang diperlukan. X-59 diharapkan bisa terbang untuk pertama kalinya tahun ini, tapi tanggalnya belum ditentukan. Rencananya, pesawat penelitian ini akan terbang di atas komunitas yang belum dipilih untuk mengukur apakah tingkat kebisingan di darat cukup rendah untuk diterima oleh masyarakat.
(bbn)