Logo Bloomberg Technoz

Pasar global hari ini terlihat masih campur aduk merespon data inflasi AS yang dirilis semalam dan menunjukkan tekanan harga di negeri Paman Sam pada Desember ternyata lebih tinggi ketimbang perkiraan awal. Pasar tak langsung merespon negatif awalnya meski banyak pernyataan pejabat The Fed setelah itu mendukung sentimen hawkish bunga acuan.

Terlihat juga dari tingkat probabilitas penurunan bunga The Fed pada Maret yang sempat naik lagi di angka 73% seperti terlihat di pasar swap.

Namun, di Asia, respon pasar akhirnya terlihat lebih realistis di mana para investor akhirnya terdesak untuk mengamankan posisi sebelum sentimen pasar semakin berbalik melawan taruhan pivot The Fed Maret nanti. 

Tingkat imbal hasil Treasury, surat utang AS, semua tenor bergerak naik setelah semalam ditutup turun. Tenor pendek 3 tahun mencatat kenaikan yield lebih tinggi 2,8 basis poin ke 4,02. Sedangkan tenor acuan 10 tahun bergerak naik juga ke 3,97%.

"Investor harus menyiapkan posisi bersiap-siap mengantisipasi risiko dari terlalu optimistisnya pasar berekspektasi The Fed akan memulai penurunan bunga pada Maret nanti," kata Brendan McKenna, Strategist di Wells Fargo New York, seperti dilansir Bloomberg News hari ini.

Asia dinilai akan lebih terisolasi karena bank sentral di negara-negara kawasan ini cenderung mempertahankan bunga di level tinggi lebih lama untuk sementara waktu untuk mendukung stabilitas.

Bank Indonesia akan menggelar pertemuan rutin bulanan, Rapat Dewan Gubernur pada 17 Januari nanti. Tujuh ekonom dalam survei Bloomberg memperkirakan bunga acuan BI rate akan dipertahankan di level saat ini di 6%. 

(rui/aji)

No more pages