Eliza juga mengutip proyeksi pemerintah bahwa produksi di 2024 relatif lebih tinggi karena cuaca yang relatif kembali normal.
Dengan segala proyeksi tersebut, penting bagi pemerintah untuk menjaga harga gabah agar tidak terperosok tajam ketika panen raya nanti. Sebab, kata Eliza, stok beras di Bulog dan daerah cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga puncak panen raya.
“Per Desember 2023 kemarin stok beras di Bulog kurang lebih 1,6 juta ton. Jika pemerintah merealisasikan impor di awal tahun yang 3 juta ton, maka Bulog tidak akan maksimal menyerap gabah petani sehingga harga di petani bisa jatuh,” ujarnya.
Saat harga di level petani jatuh, kata Eliza, kesejahteraan petani dipertaruhkan. Selama ini, pemerintah tidak banyak mengintervensi saat harga gabah petani jatuh. Menurut Eliza, pemerintah seolah membiarkan petani terperosok.
Berkaca pada kasus nilai tukar petani (NTP) pangan pada 2021 dan 2022, NTP berada di bawah 100 yang artinya petani rugi.
“Tapi pemerintah tidak ada intervensi apapun untuk menjaga dan meningkatkan kesejahteraan petani,” ujar Eliza.
Menurut Eliza, kunci meningkatkan produksi bukan hanya dari teknologi yang digunakan, melainkan kesejahteraan pelaku utama di sektor pertanian yakni petani harus diutamakan.
“Saat usaha pertanian menguntungkan, maka tanpa didorong pemerintah pun petani akan terus berekspansi untuk meningkatkan produksinya pada saat harganya menguntungkan,” pungkasnya.
Kuota Impor Beras 2024
Impor 3 juta ton pertama kali beredar setelah Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa cadangan beras pemerintah (CBP) pada 2024 berasal dari India 1 juta ton dan Thailand 2 juta ton.
“Untuk 2024, Kemarin Kepala bulog dari india sudah menyampaikan pada saya, sudah tandatangan 1 juta ton. kemudian saat saya KTT Jepang di Tokyo saya ketemu PM Thailand (Srettha Thavisin), saya sampaikan Indonesia butuh 2 juta ton. Kemudian disampaikan, 2 juta ton, Thailand siap mengirim ke Indonesia,” ujar Jokowi dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024 yang disiarkan secara virtual, Jumat (12/1/2024).
Berdasarkan informasi dari Badan Pangan Nasional kepada Bloomberg Technoz, kuota impor untuk beras pada 2024 adalah 2 juta ton. Dalam hal ini, Perum Bulog telah mendapatkan surat izin untuk melaksanakan penugasan impor tersebut dan dapat melakukan penjajakan (bidding) dengan negara eksportir mulai minggu depan.
Di sisi lain, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi mengamini terdapat peluang impor beras bertambah lebih dari yang telah ditetapkan pada Neraca Komoditas Pangan, yakni 2 juta ton pada 2024.
Bayu menjelaskan Indonesia memiliki pasokan yang siap impor (standby supply) seperti dari India dan Thailand yang jumlahnya lebih dari 2 juta ton. Kendati demikian, Indonesia belum tentu akan melakukan impor dengan jumlah yang telah diamankan.
Hingga saat ini penugasan impor yang dilakukan oleh Bulog masih akan mengacu kepada yang ditetapkan pada neraca komoditas pangan, yakni 2 juta ton, dan persetujuan impor (PI).
“Sampai saat ini di neraca pangan untuk beras 2 juta ton. Kita sebut standby supply Indonesia lebih dari 2 juta ton, tetapi belum tentu kita (lakukan impor). Intinya, kita saat ini 2 juta ton berdasarkan neraca pangan. Sudah dibicarakan ada kemungkinan lebih dari 2 juta ton, tapi yang kita pegang neraca pangan dan PI,” ujar Bayu dalam konferensi pers Keberhasilan Bantuan Pangan Beras Menahan Laju Inflasi, di Kantor Bulog, Jakarta Selatan, Kamis (11/1/2024).
(dov/ain)