Inflasi bulanan juga naik 0,3% dibandingkan dengan sebelumnya 0,1% pada November, juga melampaui prediksi.
Namun demikian, laju inflasi inti sedikit melambat. Pada Desember, inflasi inti berada di 3,9% yoy. Lebih rendah ketimbang November yakni 4% yoy.
Inflasi di AS mengindikasikan masih belum bisa mengarah ke target 2% yang dicanangkan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Loretta Mester, Presiden The Fed Cleveland, menilai data inflasi terbaru sepertinya membuat penurunan suku bunga acuan tidak bisa ditempuh dalam waktu dekat.
“Saya rasa Maret terlalu awal untuk menurunkan suku bunga. Saya pikir kami butuh lebih banyak bukti. Inflasi Desember memperlihatkan bahwa masih banyak hal yang perlu dilakukan dan salah satunya adalah kebijakan moneter yang restriktif,” terang Mester dalam wawancara dengan Bloomberg Television.
Mester menambahkan saat para pembuat kebijakan melihat lebih banyak bukti bahwa inflasi berada pada jalur yang berkelanjutan menuju 2%, “Kita akan melakukan diskusi itu,” dan ia juga mengutip ekspektasi inflasi sebagai faktor penting.
Akan tetapi, sejauh ini pelaku pasar justru terlihat lebih optimistis bila melihat reaksi yang tercatat pasca data penting itu dirilis tadi malam.
Respon pasar yang lebih optimistis itu bahkan makin terlihat bila mencermati pergerakan di pasar swap yang mengukur prediksi pasar terhadap arah bunga The Fed.
CME Fed Watch mencatat, probabilitas penurunan Fed fund rate pada rapat komite terbuka, FOMC The Fed, pada 20 Maret nanti, terlihat meningkat menyentuh 73% setelah sejak awal tahun terkikis ke kisaran 60%.
(fad/wep)