Bloomberg Technoz, Jakarta - Pihak keluarga dari hampir 180 staf penjara yang disandera oleh narapidana menuntut pemerintah Ekuador mengambil tindakan, menyusul teror gembong narkoba dalam beberapa hari terakhir.
Sejak Senin, 158 sipir penjara dan 20 staf administrasi telah disandera di setidaknya 7 penjara. Namun, hanya sedikit informasi yang dikeluarkan oleh pihak berwenang mengenai status para sandera.
Keluarga para staf penjara dan serikat pekerja mengkritik tanggapan pemerintah pada Kamis.
"Malam ini akan menjadi lima malam di mana kami tidak tahu apa-apa tentang suami, putra, dan putri kami," kata istri seorang sipir penjara di kota Latacunga, di antara sekelompok kerabat yang berkumpul di luar penjara, seperti diberitakan oleh Reuters.
"Pemerintah harus melakukan sesuatu," ungkap perempuan lainnya.
Carloz Ordonez, wakil presiden asosiasi pegawai penjara, menyebut situasi ini sangat mengkhawatirkan. "Kami masih belum tahu bagaimana kondisi di dalam," ujarnya. "Tidak ada yang masuk, tidak ada yang keluar. Kami tidak punya informasi pasti."
Situasi diperparah dengan video-video yang beredar di media sosial, yang menunjukkan staf penjara menjadi sasaran kekerasan ekstrem termasuk penembakan dan hukuman gantung. Namun, video tersebut tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Presiden Ekuador Daniel Noboa mengatakan dalam pernyataan yang disiarkan oleh stasiun radio pada Kamis bahwa beberapa video telah diedit.
Sementara itu, Komandan Angkatan Bersenjata Laksamana Jaime Vela mengatakan pada Rabu tidak ada sandera yang terbunuh.
Di saat yang sama, Presiden Ekuador Daniel Noboa menyusun rencana pembangunan dua penjara baru dengan keamanan tinggi pada Kamis, sebagai bagian dari janjinya untuk berperang melawan geng narkoba.
Selain menyandera staf penjara, para anggota gembong narkoba mereka juga menyabotase siaran langsung salah satu stasiun TV. Peristiwa ini menyebabkan eskalasi kekerasan yang menyebabkan jalanan di Ekuador semakin sepi.
(del)