“Mudah-mudahan Bulog bisa membuat cara atau sistem agar hal seperti ini tidak terulang lagi. Tapi masalahnya kalau masalah transportasi global, kayak Terusan Suez yang mendangkal itu, ya susah kita tidak bisa,” ujarnya.
Meski demikian Bayu memperkirakan ketibaan kedelai impor pada 1-1,5 bulan ke depan.
“Kalau kita mau pengadaan luar negeri, maka negara yang bisa memasok cuma Amerika dan Amerika Latin,” lanjutnya.
Selain kedelai, konflik Timur Tengah dan Terusan Suez juga berpotensi mempengaruhi impor beras. Sebab, saat ini sistem rantai pasok global menggunakan kapal dan kontainer yang terintegrasi.
Alhasil kontainer di seluruh dunia akan terhambat bila terdapat salah satu kontainer yang terhambat.
“Kontainer diantar dari Eropa sampai Singapura ke China. Dari China, dibawa ke Indonesia. Dari China, mampir Thailand. Jadi kalau terjadi hambatan dalam kontainer dimanapun di dunia, maka itu akan terasa di seluruh dunia. Itulah global supply chain yang memang sudah sangat terintegrasi kuat,” ujarnya.
Namun, hingga saat ini impor beras belum terganggu oleh kedua peristiwa tersebut. Sebab, Indonesia selama ini masih mengimpor melalui Thailand, Vietnam, dan Myanmar.
(dov/wep)