Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan the greenback terhadap enam mata uang utama dunia juga malah ditutup melemah meski tipis sebesar 102,27, pelemahan hari kedua. Pagi ini, indeks dolar AS di Asia juga bergerak melanjutkan pelemahan. Sementara indeks saham Asia pagi ini terlihat bergerak variasi cenderung melemah.
Respon pasar yang lebih optimistis itu bahkan makin kentara bila melihat pergerakan di pasar swap yang mengukur prediksi pasar terhadap arah bunga The Fed. CME Fed Watch mencatat, probabilitas penurunan Fed fund rate pada rapat komite terbuka, FOMC The Fed, pada 20 Maret nanti, terlihat meningkat menyentuh 73% setelah sejak awal tahun terkikis ke kisaran 60%.
Inflasi AS pada Desember memang mencatatkan kenaikan untuk angka inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) baik secara tahunan maupun bulanan. Yaitu 3,4% year-on-year, naik dari 3,1% dari November dan melampaui prediksi pasar di 3,2%.
Secara bulanan, inflasi IHK naik 0,3% dibanding 0,1% di bulan sebelumnya, di atas prediksi pasar juga. Namun, inflasi inti bergerak melambat sesuai perkiraan pasar di angka 3,9% year-on-year, dari tadinya 4,% dan secara bulanan mencatat kenaikan 0,3%, tidak berubah dari November dan masih sesuai perkiraan pasar.
Pernyataan Pejabat The Fed
Segera setelah rilis data inflasi yang krusial itu keluar, beberapa pejabat The Fed melontarkan pernyataan yang beragam.
Presiden Federal Reserve of Cleveland Loretta Mester menyatakan akan terlalu dini bagi The Fed untuk menimbang penurunan bunga acuan pada Maret nanti.
"Menurut saya terlalu awal bila penurunan dilakukan pada Maret karena kami masih harus melihat beberapa bukti lebih lanjut," kata Mester yang memiliki hak suara dalam rapat komite terbuka tahun ini, seperti dilansir dari Bloomberg News, Jumat (12/1/2024).
Mester lebih lanjut mengatakan, laporan inflasi Desember memperlihatkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan oleh The Fed dan itu berarti pengetatan moneter.
Walau begitu, Mester mengakui bila inflasi AS sudah berada di jalur yang tepat untuk kembali ke sasaran 2%. "Kami membicarakan itu," katanya dan menggarisbawahi bahwa ekspektasi inflasi juga menjadi faktor yang penting.
Namun, rekannya Presiden Federal Reserve Chicago Austan Goolsbee memberi sinyal sebaliknya. Goolsbee menyatakan, tahun 2023 adalah tahun keberhasilan penurunan inflasi sehingga membuka pintu bagi The Fed untuk menimbang pemangkasan bunga.
Dalam wawancaranya dengan kantor berita Reuters, Goolsbee menegaskan bahwa faktor utama penentu kapan dan seberapa besar penurunan bunga adalah data inflasi. Ia meyakini, target inflasi The Fed akan tercapai.
Saat ini, menurutnya The Fed sudah berada di jalur emas yang akan membawa inflasi turun tanpa memicu lonjakan pengangguran sehingga perekonomian terbesar di dunia itu bisa menghindari resesi.
Ekonom Bloomberg Economics Anna Wong dan Stuart Paul menilai, data inflasi yang mengejutkan itu memang menunjukkan bahwa perjalanan membawa inflasi kembali ke sasaran 2% masih menantang dan detik-detik akhir mungkin akan lebih sulit. Laju disinflasi beberapa barang-barang inti (core goods) yang merupakan pemicu utama berkurangnya tekanan harga dalam beberapa bulan terakhir juga telah memudar.
"Mungkin dibutuhkan lebih dari sekadar penurunan inflasi harga sewa agar target inflasi 2% bisa tercapai," kata ekonom.
(rui/aji)