Dalam laporan Renewables 2023, International Energy Agency (IEA) memperkirakan China akan menyumbang 56% dari kapasitas energi terbarukan dunia pada 2023-2028. China diramal bakal menaikkan kapasitas energi terbarukan hingga 2.060 gigawatt, sementara negara-negara lain menambah 1.574 gigawatt.
Sementara India diproyeksikan menambah 203 gigawatt dan negara-negara ASEAN menambah 63 gigawatt.
“Pengembangan energi terbarukan di China didominasi oleh tenaga matahari (solar). Kapasitas produksi pembangkit tenaga matahari di China naik 2 kali lipat dibandingkan tahun lalu. Ini kemudian membuat harga modul pembangkit tenaga surya turun hampir 50% dari Januari hingga Desember 2023, dan meningkatkan daya saing proyek pembangkit tenaga surya,” papar laporan IEA.
Bahkan, lanjut laporan IEA, biaya pembangunan pembangkit listrik tenaga surya di China kini bisa bersaing dengan pembangkit listrik tenaga uap yang bertenaga batu bara.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara memang bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 44,7. RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Sementara indikator Stochastic RSI berada di 39,07. Masih cukup jauh dari 20, belum jenuh jual (oversold).
Dengan koreksi yang sudah lumayan dalam, harga batu bara berpotensi mencatatkan technical rebound. Target resisten terdekat ada di US$ 135/ton. Jika tertembus, maka US$ 137/ton bisa menjadi target berikutnya.
Target paling optimistis atau resisten terjauh ada di US$ 150/ton yang merupakan Moving Average (MA) 200.
Sedangkan target support terdekat adalah US$ 126/ton. Penembusan di titik ini bisa membuat harga batu bara turun menuju US$ 115/ton.
Target paling pesimistis atau support terjauh adalah US$ 93/ton.
(aji)